Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan. (Yoh 15:25)
Minggu lalu (3/7/11) di mimbar khotbah, Gembala gereja saya menyaksikan dua hal. Yang pertama adalah keluarga yang berasal dari suku yang sangat memperhatikan adat istiadatnya sehingga ketika istri dari seorang puak mereka meninggal pun harus dilakukan sesuai adat mereka. Tidak diceritakan bagaimana "pertikaian" yang terjadi di dalam keluarga tersebut, tetapi hanya disaksikan oleh Gembala gereja saya bahwa pada akhirnya suami dari almarhumah tersebut bersikukuh bahwa dia akan mengurus jenazah mendiang istrinya dengan aturan gereja saja, tidak dengan adat.
Menurut istri saya yang diberi kesaksian yang berbeda, awalnya keluarga besar sang suami yang baru saja kehilangan itu menuntut upacara pemakaman secara adat. Tetapi pihak dari gereja tidak mau jika prosesi adat itu dilakukan dengan "meminta dana" dari gereja (karena mereka keluarga tidak mampu). Lalu akhirnya, suami mendiang itu pun bersikeras kepada keluarganya untuk tidak mengadakan prosesi adat atas mendiang istrinya itu.
Konon, di depan keluarga mendiang dan pihak gereja, pihak keluarga besar dari sang suami melakukan ancaman untuk tidak mengakui keluarga mereka secara adat. Usut punya usut, menurut kesaksian yang didengar istri saya, waktu mereka menikah pun tidak melakukan upacara adat pernikahan. Mereka menikah secara gereja saja.
Gembala Gereja bersaksi bahwa tindakan sang suami sudah benar, karena di hadapan Tuhan, adat bukanlah sesuatu yang penting sama sekali. Bahkan jika adat dirasa tidak sesuai dengan apa yang telah difirmankan Tuhan maka adat adalah batu sandungan dari iman.
Kesaksian yang kedua adalah bahwa pada hari libur kemarin telah dibaptis seorang yang berasal dari propinsi yang sama sekali tidak terdengar aktivitas gereja di sana. Dia seorang dosen agama sebuah universitas yang mau menerima Kristus Yesus setelah mendapatkan perjumpaan pribadi dengan Beliau. Setelah dibaptis, orang tersebut berjanji untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada keluarganya dan orang lain di tanah kelahirannya.
Seperti saya kutip di atas, ada banyak orang yang membenci Kristus Yesus tanpa alasan. Bagi mereka mengikut Kristus Yesus adalah hal yang aneh, salah, dan lain-lain. Bahkan menyebut nama Yesus pun sangat asing bagi mereka. Bukan hanya terasa asing, bahkan ditabukan.
Mengikut Kristus Yesus adalah mengakui otoritas Dia sebagai Tuan. Tuan yang berarti pemilik. Tuan yang berarti padanya segala hak hidup pengikutnya terletak.
Kepemilikan Kristus Yesus terhadap pengikutnya telah dijelaskannya dalam ucapan doa-Nya sebagai berikut:
Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
( Yohanes 17 : 6 )
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. ( Yohanes 17 : 9-10 )
Tetapi, menjadi pengikut Kristus Yesus bukan lagi menjadi seorang hamba!
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. ( Yohanes 15:15 )
Menjadi pengikut Kristus Yesus adalah menjadi Sahabat-Nya. Bayangkan sahabat seorang Tuan. Artinya kemerdekaan tetap menjadi milik pengikut Kristus Yesus, bukannya tidak punya kemerdekaan seperti seorang hamba.
Pengikut Kristus yang diperolok-olok sebagai Kristen di Antokhia dulu sampai sekarang pun masih mengalami hal yang sama. Bahkan jika bertindak baik pun selalu ada isu miring yang menerpa. Kristenisasi ala mie instan contohnya.
Gereja tempat saya beribadah, melakukan banyak kegiatan seperti di terminal. Dan hasilnya cukup menggembirakan. Mereka yang sudah mengenal Kristus Yesus tetapi hidup jauh dari hidup yang diinginkan seperti firman-firman Allah dalam Alkitab banyak yang sudah berbalik hati kepada Allah. Kegiatan yang bersifat netral pun sering sekali dilakukan seperti memberi nasi bungkus kepada mereka yang hidup di jalanan, maupun membuka semacam pendidikan dasar bagi anak-anak jalanan. Tapi tak pernah ada yang memprotes bahwa itu semua adalah bentuk dari Kristenisasi. Karena memang bukan sebuah tindakan yang bisa dikategorikan sebagai Kristenisasi.
Karena kata "kristen" adalah olok-olok belaka, maka kegiatan kami adalah misi. Misi untuk menjangkau yang belum terjangkau oleh kasih Allah. Supaya mereka tahu bahwa Allah itu tidak jauh, Allah itu benar-benar Maha Kasih. Mereka yang belum beruntung itu tidak pernah ditinggalkan Allah. Allah selalu ada bagi mereka yang membutuhkan. Itulah misi dari gereja. Sebagai saluran berkat bagi mereka yang membutuhkannya.
Gereja bukan saja bangunan gereja. Gereja adalah tubuh para pengikut Kristus. Supaya kemuliaan Allah bisa dinyatakan, maka pengikut Kristus harus mempraktekkan nilai-nilai kebaikan seperti Allah yang Maha Baik itu. Berbagi adalah salah satunya.
Berbagi harus senantiasa dilakukan kepada siapa saja, termasuk mereka yang membenci Kristus Yesus tanpa alasan apa pun.
Salam Berbagi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H