Mohon tunggu...
dedy riyadi
dedy riyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya hanya ingin jadi terang dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Mahabarata - Satyavati

23 Maret 2011   02:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Devavrata membuktikan dirinya sebagai model yang ideal bagi seorang anak dan pangeran. Ia memenangkan hati semua orang. Raja sebagai seorang ayah sangat suka terhadapnya. Selama empat tahun, mereka tinggal dalam kebahagiaan yang sempurna. Suatu hari, lagi Raja pergi berburu di sebuah hutan di tepi sungai Yamuna. Tiba-tiba dia mencium aroma seorang dewi yang sangat harum. Setelah mendaki bukit, sampailah ia di tepi sungai dan melihat seorang wanita yang sangat cantik yang sedang mengikat perahunya. Raja pun jatuh cinta pandangan pertama kepadanya. Setelah bertanya tentang namanya dan nama ayahnya, ia pun mendekati ayah perempuan itu, seorang kepala nelayan. Nama wanita itu Satyavati. Kepadanya ayah Satyavati, Raja meminta untuk dapat mengawininya. Nelayan itu menjawab bahwa putrinya hanya bisa menikah raja jika ia setuju bahwa anak yang lahir dari putrinya akan mewarisi takhta. Raja tidak dapat menyetujui syarat ini. Ia tidak bisa melakukan seperti ketidakadilan yang besar untuk anaknya Devavrata. Dia pulang ke istana. Tetapi ia menjadi sangat sedih dan murung dan kehilangan semua minat dalam pengaturan kerajaan. Perubahan perilaku raja tersebut sudah diketahui oleh semua orang dan Devavrata menjadi sangat prihatin. Dia mencari tahu dari kusir raja apa yang sebenarnya telah terjadi dengan Sang Raja. Akhirnya ia pergi ke nelayan dan memintanya untuk menyetujui pernikahan putrinya kepada ayahnya. Nelayan mengulangi persyaratan yang pernah diutarakan, dan Devavrata memastikan bahwa anak lahir dari Satyavati akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Nelayan belum yakin. Dia berkata, "Saya percaya sepenuhnya pada kamu dan apa yang Anda katakan. Tapi bagaimana dengan putra-putramu nanti? mereka bisa saja melakukan klaim bahwa seharusnya merekalah yang memiliki takhta itu." Devavrata bersumpah yang dahsyat yaitu dia tidak akan menikah sehingga situasi seperti yang dipikirkan Sang Nelayan tidak akan pernah terjadi. Bumi dan langit bergema atas sumpah yang dahsyat itu dan terdengarlah suara "Bisma! Bisma!" bergema di seluruh langit dan bumi. Sejak saat itu, Devavrata dikenal sebagai "Bisma." Sang Nelayan akhirnya menyetujui lamaran pernikahan. Bisma bersama dengan ibu barunya Satyavati kembali ke istana dan menceritakan hal-hal ini kepada ayahnya. Raja Shantanu merasa sukacita luar biasa tetapi juga menjadi sangat sedih menyadari betapa besar pengorbanan Bisma, anaknya. Dengan suara gemetar dan mata penuh air mata ia memberi Bisma sebuah anugerah yaitu Bisma hanya bisa mati jika Bisma menginginkan kematian itu. Jadi, kematianlah yang harus menunggu keinginan Bisma. Sang Raja menggunakan segala akumulasi penebusan dosanya untuk dapat memberikan anugerah ini kepada anaknya. Perkawinan antara Satyavati dan Shantanu dianugerahi dua orang anak, yaitu Chitrangada dan Vichitravirya. Setelah bertahun-tahun, raja pun tua dan meninggal. Sementara anak-anaknya beranjak besar. Akan tetapi, Pangeran Chitrangada dinilai masih terlalu muda untuk mengatur kerajaan jadi, Bisma bertindak sebagai seorang kepala pemerintahan. Setelah bertahun berlalu, terjadilah sebuah tragedi. Ada seorang raja Ghandharva yang punya nama yang sama dengan Pangeran Chitrangada. Dia sangat tidak suka ada orang lain yang bernama sama dengannya. Jadi dia menantang pangeran untuk berkelahi dan dalam perkelahian itu, Gandharva berhasil membunuh Pangeran Chitrangada. Sepeninggal Chitrangada, Vichitravirya dinobatkan sebagai raja dan Bisma tetap bertindak sebagai kepala pemerintahan. Rakyat di Hastinapura sangat senang di bawah kekuasaan Bisma. Bersambung - Kunjungan Vyasa Catatan : Kisah ini bukan tulisan saya, tetapi terjemahan saya atas Mahabarata versi India yang saya temukan naskahnya di internet. Penamaan dalam kisah ini sedapat mungkin saya pertahankan sesuai aslinya, sehingga jika ada perbedaan dengan kisah Mahabarata versi Jawa ataupun Bali atau Sunda mohon dimaklumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun