Di sana saya juga kembali melanjutkan hobi petualangan di beberapa tempat yang berada di Kabupaten Tapteng tersebut.
Singkat cerita, saya hanya 1 tahun di sana. Saya kemudian 'merantau' ke Siantar untuk melanjutkan pendidikan saya ke perguruan tinggi di Politeknik Gihon, Pematangsiantar.
April 2019, dengan beraninya saya menginjakkan kaki dengan gagah berani di Pematangsiantar untuk melanjutkan pendidikan D3 Manajemen Informatika (Amd, Kom).
Di samping kesibukan perkuliahan, saya mencuri waktu untuk berpetualang, karena itu jiwa yang sudah mendalam dari diri saya.
Satu waktu, saya curi-dengar sekelompok pemuda-pemudi berbicara tentang Sibuatan, timbul kembali pertanyaan, apa sih Sibuatan?
Saya buka Google dan  saya searching, sempat tidak percaya bahwa mereka mau berbicara untuk menaiki gunung Sibuatan yang perjalanannya 10 jam dan cukup parah menuju ke gunung Sibuatan.
Namun, di situ saya kembali bertekad untuk menaiki gunung tersebut. Saya sendiri sebelumnya sudah pernah menaiki gunung Sibayak, namun dari penuturan mereka, ternyata gunung Sibuatan ini lebih ekstrem dan tempatnya bisa dikatakan angker, karena berada di tengah hutan rimba.
Akhirnya, kami pergi ke sana dengan personil 10 orang di mana komposisinya terdiri dari 7 pemuda dan 3 pemudi memberanikan diri menaiki gunung tertinggi di Sumatera Utara tersebut.
Sesampainya di base camp desa Pancur Baru, kami harus terlebih dahulu mendaftarkan diri untuk menaiki Sibuatan.
Singkat cerita, sampai di posko 1 kami semua berkumpul, dan salah satu dari teman saya mengatakan sebelum kita menaiki ada baiknya kita berdoa agar kita sampai dengan selamat.
Saya kemudian diunjuk untuk memimpin doa. Selepas berdoa, kami kemudian mulai mendaki dan hingga 10 jam kemudian kami sampai di atas puncak Gunung Sibuatan yang berketinggian 2457 mdpl.