Baru-baru ini dunia dihebohkan oleh sebuah virus bernama Covid-19. Ratusan ribu masyarakat dari seluruh penjuru dunia terserang oleh virus ini.
Seperti yang kita ketahui, virus Covid-19 atau lebih akrab di sebut dengan Virus corona ini memiliki gejala seperti batuk, pusing, sesak nafas, dan sebagainya. Mengerikan bukan?, sebuah virus yang memiliki gejala seperti penyakit biasa yang di anggap tidak begitu parah oleh orang kebanyakan.Â
Namun, saat ini gejala penyakit ringan tersebut tidak lagi dapat di anggap remeh. Virus Corna telah merubah pandangan orang-orang terhadap gejala-gejala penyakit ringan tersebut.
Pada saat virus Corona telah menjadi sebuah pandemi diseluruh dunia, masyarakat cenderung panik ketika merasakan gejala penyakit batuk, sesak nafas, bersin tersebut. Nyatanya penyakit tersebut belum tentu disebabkan oleh virus Corona.
Hal ini berhubungan dengan yang namanya Cyberchondria yang mana merupakan suatu keadaan dimana kita merasa cemas terhadap suatu yang berhubungan dengan hal-hal medis yang yang ditemui pada mesin pencari Google. Di era kemudahan informasi melalui internet saat ini, kamu pasti pernah kan melakukan pencarian informasi terkait gejala penyakit yang dirasakan?
Seperti ketika merasakan pusing, sesak nafas, orang pasti akan mencari penyakit apa yang dia rasakan berdasarkan gejalanya. Namum, mesin pencarian Google ini cenderung memunculkan kasus terburuk yang menyebabkan kepanikan pada orang yang mencari informasi tersebut.
Ada beberapa indikasi ataupun gejala bahwa seseorang mengidap sindrom Cyberchondria.
1. Menghabiskan 1-3 jam untuk mengecek penyakit yang di alami di internet dalam sehari. Apabila anda menghabiskan lebih dari satu jam waktu anda dalam sehari hanya untuk mengecek gejala penyakit apa yang anda rasakan, mungkin anda telah terkena sindrom Cyberchondria.
2. Kecemas mengidap beberapa penyakit bersamaan. Orang yang merasa cemas bahwa memiliki beberapa penyakit berdasarkan gejalanya, tinggi kemungkinan mengidap sindrom Cyberchondria.
3. Melakukan pengecekan sebanyak 3-4 jam dalam sehari ketika situasi anda memburuk.
4. Melakukan pengecekan melalui internet membuat anda semakin meraka takut dan cemas.
5. Nyatanya, orang yg mengidap Cyberchondria tidaklah buruk. Hanya saja kecemasan yang diakibatkan oleh hasil temuan di internet membuat anda mereasa cemas dan dibayangi ke khawatiran berlebihan.
Sindrom inilah yang saat ini banyak di rasakan orang-orang ketika virus Corona sudah menyebar dengan begitu cepat. Ketika merasakan suatu gejala, orang akan cenderung panik karna melihat gejala yang ada pada internet dan sosial media mereka.
Lantas apakah sindrom ini begitu meresahkan hingga dapat berakibat buruk? Ya, apabila ketika merasakan gejala sakit tanpa vonis yang tepat, orang tersebut panik dan melakukan pengobatan yang tidak tepat.Â
Yang seharusnya dilakukan adalah tetap tenang dan konsultasikan penyakit yang di rasakan dengan dokter agar tidak terjadi keliru dalam memvonis suatu penyakit.
Apalagi, virus corona yang tersebar begitu cepat dapat meresahkan banyak orang. Banyak pula informasi salah yang bersebaran, hal ini dapat memperburuk keadaan orang-orang dengan sindrom cyberchondria ini, karena bisa saja orang tersebut berorientasi pada informasi yang salah.Â
Seperti pernah terjadi bahwa virus corona dapat di sembuhkan dengan menggunakan bawang putih. Apa yang terjadi apabila orang dengan kecemasan tinggi melakukan hal tersebut? Tentu berbahaya.
Dengan begitu Apabila  merasakan gejala tertentu jangan langsung vonis diri anda bahwa telah di serang virus corona. Berusaha tetap tenang, lakukan karantina sendiri, apabila gejala tetap ada selama beberapa hari, perikasakan diri anda ke rumah sakit rujukan pemerintah terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H