Entah penyakit atau hobi
naif memang
aku selalu manenagis diawal kisahku sendiri
dan selalu saja seperti itu
entah apa yang aku tangisi
mungkin takut pada episode akhir
mungkin kegirangan dengan kenyataan yang mengambang
tak ada yang bisa ku tanyai
penyatuan pada sedih, khawatir dan senang
aku tak tahu apa namanya
aku hanya tak suka
itu saja
lalu kali ini apa lagi?
satu kata kunci tak sanggup menggembok ada yang tersungkur bernanah
lalu harus bagaimana?
aku mulai muak dengan air mata
bisa-bisanya dia secengeng itu
yang aku dengar hanya entah saja dari suaranya
semakin meragu dan nampak bersiap menjauh
haruskah terjadi lagi?
sisa luka kemarin belum sempat kering
aku bertanya lagi harus bagaimana
bercuek ria pun sama saja
bahagia masih mendiam tak mau bersuara
maumu apa?
aku sedang serius
kau perlu tahu kalau aku sudah bosan menangis
dan saat ini aku hanya butuh dipeluk dan dikecup
kau tahu kenapa?
karena aku sudah mulai lega
amarah tak lagi berontak menyeret dengan paksa
.....
masih berkutat dengan entah
ya ... entahlah ...
terserah pada entahlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H