Jawa Tengah:- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D melakukan kunjungan kerja ke Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu, (27/3).
Dalam kunjungan kerjanya Dosen pertama Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang menembus Harvard Law School Amerika Serikat itu, memberikan penguatan Ideologi Pancasila terhadap Warga Binaan di lingkungan Lapas Nusakambangan.
Selain mensosialisasikan Salam Pancasila ia juga mengajak kepada seluruh Warga Binaan dan Pegawai Lapas untuk bersyukur atas segala-galanya yang diberikan kepada Negara Indonesia di bawah falsafah Pancasila.
Tidak hanya itu, dirinya juga mengingatkan kepada Warga Binaan jangan sampai melawan Negara karena hal tersebut sama dengan melawan sang pencipta (Tuhan).
"Kita berharap setelah kembali ke masyarakat ke depannya Bapak-bapak/ Ibu dapat berubah menjadi manusia baru, bermanfaat bagi lingkungan maupun keluarga, bahkan lebih mencintai Tanah Air ini", harapnya.
Dirinya mengaku kunjungan bersama rombongan itu, merupakan bagian dari kewajiban Pancasila untuk menyantuni Warga Binaan yang berada di lingkungan Nusakambangan.
"Kita ini sederajat di depan hukum, khusus bagi yang masih berproses, masa depan itu ada di tangan kita, punya masa depan cerah dan masa depan harus lebih baik dari sekarang", tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPIP juga meresmikan Perpustakaan Pancasila di sejumlah Lapas di lingkungan Nusakambangan.
"Kami berharap perpustakaan ini dapat dimanfaatkan oleh Warga Binaan untuk membuka wawasan dan pengetahuan terutama tentang wawasan kebangsaan", ucapnya.
Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Ir. Prakoso, M.M melaporkan kadatangan BPIP merupakan pangilan negara karena menurutnya, Pancasila menjadi dasar Negara dan tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
"Kita harus melindungi segenap bagsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut serta dalam perdamaian dunia", paparnya.