Memang betul, namanya aja olahan gorengan ya pasti ada minyaknya. Tapi ya... tidak mesti minyak gorengnya ikut terkonsumsi kan... sampai bikin bibir licin, tangan belepotan minyak.
Saya sendiri sampai saat ini masih gemar mengkonsumsi aneka gorengan, namun lebih nyaman mengolah sendiri di rumah, alasannya supaya kandungan minyak yang terangkat bersama makanannya bisa terkontrol.Â
Krisis minyak goreng bukan hanya karena kelangkaan stok di pasar saja, namun mungkin juga karena cara mengolah gorengan yang kurang benar, boros, hingga banyak minyak yang ikut terkonsumsi dan terbuang.
Dan peringatan para penasihat kesehatan akan konsumsi hidangan gorengan bukan karena bahan makanan pisangnya, atau singkong, tahu, ayam, dan sebagainya. Tapi karena minyak gorengnya yang banyak ikut kemakan.
Saya bukan ahli masak dan juga bukan ahli kesehatan.
Namun, sebagai salah seorang penikmat olahan gorengan, saya hanya berpikir, mungkin dengan cara menggoreng yang baik dan benar, penggunaan minyak goreng akan menjadi lebih hemat, gorengan lebih lezat, dan mengurangi risiko buruk terhadap kesehatan.
Dengan demikian, minyak goreng menjadi tidak langka lagi, masyarakat jadi lebih sehat, dan gorengan pun tetap menjadi olahan favorit keluarga Indonesia.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H