Mohon tunggu...
Enjang Kusnadi
Enjang Kusnadi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dan Mengajar

Teman Sejati Selalu Menemani

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Intip Masa Depan Timnas Indonesia, Shin Tae-yong dan Pemain Keturunan

3 Januari 2022   13:27 Diperbarui: 3 Januari 2022   13:32 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki timnas sepak bola yang berkelas dunia rupanya sudah lama menjadi impian bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Melalui segala cara dan upaya dilakukan demi kehormatan negara dan bangsanya melalui olahraga terpopuler di dunia.

Selain menggulirkan kompetisi liga lokal  dan mendatangkan pelatih asing yang profesional dan berpengalaman, hadirnya pemain keturunan dan naturalisasi menjadi pilihan lain. Hal itu terlihat di ajang Piala AFF 2020 yang digelar di Singapura pada penghujung tahun 2021 ini.

Timnas Indonesia, Singapura, dan Thailand yang sukses tembus ke babak semi final menjadi bukti atas penggunaan jasa pemain berdarah 'campuran' tersebut. Malah Filipina yang hampir lolos ke semi final, lebih dari setengah kesebelasannya didominasi pemain keturunan dan naturalisasi.

Jika hadirnya para pemain keturunan dan naturalisasi yang didukung postur tubuh di atas rata-rata pemain lokal Asia Tenggara, ditambah bakat dan prestasi mentereng di level Eropa mampu mendongkrak timnas negara-negara kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kenapa tidak...!

Bahkan pelatih sekelas Shin Tae-yong yang sukses mengawal timnas Korea Selatan di ajang Piala Dunia 2018 lalu, belum mampu membawa timnas Indonesia menjadi juara di ajang Piala AFF 2020 yang menjadi tolak ukur prestasi timnas negara-negara Asia Tenggara.

Apalagi bisa jadi jawara di level Asia dan dunia.

Jumlah penduduk sebuah negara rupanya bukan jaminan menjadikan negara tersebut  hebat dalam sepak bola. China dan India yang memiliki jumlah penduduk di atas satu miliar saja terbukti tidak memiliki timnas yang mampu bicara di tingkat dunia, bahkan di Asia.

Sejauh ini negara-negara yang menjadi langganan piala dunia mewakili benua Asia hanya Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, Iran, dan Korea Utara. Negara lain yang pernah lolos di antaranya UAE, Iraq, Kuwait, dan China satu kali.

Indonesia yang merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia mengacu hasil sensus tahun 2020 mencapai angka 270 juta lebih, hingga sekarang masih kesulitan berprestasi di tingkat Asia, bahkan di tingkat Asia Tenggara. Dimana peringkat timnas Indonesia di FIFA masih terseok di urutan 160-an alias 'papan bawah'.  

Sebenarnya, timnas sepak bola yang pemainnya 'campur pemain keturunan' bukanlah fenomena baru dan tidak terjadi di Asia Tenggara saja. Bahkan beberapa negara di benua Eropa yang langganan piala dunia pun, warna-warni 'kulit dan rambut' pemain timnas sepak bola menjadi pemandangan yang sudah lama terlihat.

Sebut saja, Prancis, Belanda, Inggris, bahkan negara-negara yang dikenal memiliki ego ras yang kental seperti Jerman dan Italia saja dalam beberapa putaran piala dunia penggunaan pemain keturunan sudah bukan hal yang tabu lagi.

Malah beberapa pemain keturunan mereka berhasil menjadi bintang di timnasnya, menjadi idola bagi generasi muda dan 'aset' berharga bagi negaranya.

Ruud Gullit bintang timnas Belanda era 90an yang memiliki darah Suriname, Zinedine Zidane bintang timnas Prancis yang berdarah Aljazair, Mesut Ozil pemain keturunan Turki yang jadi andalan timnas Jerman, Mario Balotelli pemain timnas Italia yang berdarah Ghana, mereka sukses jadi bintang sepak bola dunia.

Memang realita timnas pemain berdarah campuran dalam olahraga sepak bola yang paling kental terlihat di negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat dan Australia. Sementara negara-negara Eropa Timur, Amerika Latin dan Afrika masih kental dengan pemain ras lokal.

Lalu, bagaimana dengan timnas sepak bola Indonesia?

Sejak Piala AFF 2010, tercatat nama Irfan Bachdim yang menjadi simbol pemain keturunan dan Cristian Gonzales yang menjadi simbol pemain naturalisasi menghiasi daftar nama pemain timnas Indonesia, tren ini kemudian disusul oleh beberapa pemain yang juga tertarik untuk bergabung membela timnas Indonesia.

Saya tergelitik ketika berselancar di kanal sosmed menemukan konten video yang menyuguhkan timnas sepak bola Indonesia yang formasinya penuh dengan 11 pemain keturunan. Sejenak saya berpikir sambil tersenyum 'mesem', terbesit tanya dalam hati, benarkah mereka mau bermain untuk timnas Indonesia?

Dari 11 pemian tersebut, negeri Belanda merupakan pengirim pemain keturunan terbanyak, sementara pemain lainnya berasal dari Spanyol, Inggris, Belgia, dan Jepang.

Penasaran dengan nama-nama dan asal negara kesebelas pemain keturunan tersebut, saya pun mulai menelisik melalui laman-laman berita olahraga nasional, ternyata benar malah lebih dari sebelas pemain yang berhasrat membela timnas sepak bola Indonesia.

Alasan mereka ingin membela timnas 'Garuda' pun cukup meyakinkan. Selain karena ingin membela tim negara 'separuh' leluhurnya yang kebanyakan dari garis keturunan ibu, mereka juga ingin tampil membela negara dengan jumlah berpenduduk besar.

Memang benar, di era dunia yang terkoneksi secara digital ini, kehadiran pencipta sepak bola Indonesia yang meramaikan jagad maya menjadi salah satu daya tarik para pemain sepak bola dunia. Belum lagi keseruan pencinta sepak bola tanah air menjadikan para pemain keturunan terobsesi akan penghormatan dan popularitas besar di negeri leluhurnya.

Banyaknya pemain sepak bola berdarah Indonesia yang sekarang sedang merumput di liga-liga Eropa dan benua lainnya sudah 'terlacak' oleh tim khusus PSSI. Malah beberapa dari mereka aktif berkomunikasi dengan pihak PSSI dan menyatakan kesediaannya untuk segera bergabung dengan timnas Indonesia.

Hal itu terpicu oleh permintaan pelatih timnas sepak bola Indonesia, Shin Tae-yong yang meminta kepada PSSI untuk 'memburu' pemain sepak bola berdarah Indonesia yang bisa menjadi andalan timnas. Tentu, keinginan pelatih asal Korea Selatan tersebut bukan tanpa alasan.

Di mata pelatih yang sukses membawa timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 lalu itu, kehadiran pemain keturunan yang memiliki talenta kelas Eropa dan berpostur di atas rata-rata pemain lokal, dibutuhkan untuk mengisi celah lemah tim yang sedang dibangunnya.

Gayung bersambut, dan beberapa pemain proyek khusus itu pun sudah ada yang tampil di ajang AFF Suzuki Cup 2020 yang lagi-lagi di juarai oleh Thailand. Kehadiran Ezra Walian yang berdarah Belanda dan Elkan Baggott yang berdarah Inggris tampaknya menuai hasil positif, meski timnas Indonesia hanya berhasil sampai final alias gagal jadi juara.

Menurut hemat saya, yang kebetulan suka ikut 'deg-degan' saat timnas sepak bola Indonesia tanding, berharap ada tindaklanjut dari pihak pemerintah melalui Kemenpora, PSSI dan pihak terkait untuk merealisasi permintaan pelatih Shin Tae-yong dan memudahkan proses kepindahan mereka.

Indonesia tidak perlu ragu dan malu membangun timnas sepak bola yang kadung sudah menjadi olahraga populer di tanah air untuk mampu menjawab tantangan ke depan bersama para pemain keturunan dan naturalisasi.

Tidak bisa dipungkiri, olahraga sepak bola yang mengandalkan kontak fisik langsung dibutuhkan pemain-pemain yang memiliki postur tubuh tinggi dan kuat selain talenta terasah, visioner dan mental baja.

Tanpa bermaksud menepikan pemain berdarah lokal yang sudah teruji, namun kalau hanya menyisipkan 'pemain keturunan dan naturalisasi' satu atau dua saja dalam tim, rasa-rasanya masih sulit mengangkat kekuatan timnas saat ini.

Sekaligus menjawab tantangan pelatih Shin Tae-yong dalam membangun sepak bola Indonesia ke depan, timnas Indonesia butuh dukungan 'realistis' dari pada sekedar 'fanatisme'.

Tepikan keraguan akan nasionalisme mereka, dan hargai pengorbanan mereka untuk melepas kemapanan di negeri kelahirannya. Kekuatan timnas sepak bola Indonesia dengan komposisi 'fifty-fifty' antara pemain lokal, keturunan dan naturalisasi, rasanya sah-sah saja.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun