Tampil membela negara di ajang olahraga tertinggi dunia menjadi impian semua anak Indonesia terutama yang bercita-cita jadi atlet. Apalagi sampai berprestasi seperti yang diraih Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang berhasil jadi juara bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020.
Namun tidaklah mudah untuk sampai ke sana, ke pentas olahraga antar bangsase dunia. Lihat saja saat olimpiade digelar, tidak hanya atlet Indonesia tapi atlet manapun dan dari cabang olahraga (Cabor) apapun, semua jadi histeris saat dirinya berhasil jadi juara.
Sebaliknya, ekspresi penyesalan dan tangis pilu terlihat jelas saat atlet gagal mempersembahkan kehormatan tertinggi buat bangsa dan negaranya. Malah dalam dua ajang olimpiade terakhir, tampil atlet-atlet dari kalangan pengungsi (refugee) se dunia.
Olimpiade tidak hanya sekedar panggung olahraga, keringat para atlet dan pelatih, tapi juga bicara soal kemanusiaan, kehormatan bangsa, bisnis dan industri, politik dan budaya, hingga strata sosial.
Olimpiade Tokyo 2020 sudah usai dilakoni atlet-atlet Indonesia dalam 8 Cabor dengan 28 atletnya. Hasilnya pun sudah final, lima medali olimpiade berhasil diboyong ke tanah air. Tentu medali emas selalu menjadi primadona.
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali menyambut kedatangan para juara bersama rombongan. Dan selanjutnya, kontingen Olimpiade Tokyo akan disambut oleh Presiden Indonesia di Istana setelah melakukan prosesi isolasi.
Sambutan resmi dilakukan oleh Menpora mewakili Pemerintah dan Rakyat Indonesia di Bandara. Meski sederhana karena di tengah pandemi, namun jelas pesan dan kesannya, menyambut 'Pahlawan Olahraga' pulang dari laga yang membawa kehormatan bangsa dan negara.
Puja-puji datang bertubi-tubi dari semua kalangan, dari mulai rakyat biasa hingga kalangan istana, semua turut menyampaikan apresiasinya melalui platform berbagai media. Sederet hadiah dalam berbagai rupa dari petinggi bangsa dan pengusaha pun hangat diperbincangkan.
Tak bisa dipungkiri, momen seperti ini berhasil membangkitkan semangat nasionalisme, semangat anak bangsa yang semula tidak berhasrat, kini sibuk mengayun raket ingin jadi atlet dan meraih juara di olimpiade.
Sementara bagi yang sudah jadi atlet namun belum mendapat kesempatan tampil di olimpiade, menjadi pemicu bak cemeti yang keras melecut asa. Begitulah euforia dari olahraga yang menyentuh jiwa, meluapakan segala lara, walau mungkin sejenak.