Sampah, mendengar kata ini sekilas langsung berfikir barang yang tak berguna, iya nggak? pada dasarnya sampah adalah sesuatu barang yang dibuang atau tidak dipakai dari suatu produksi atau aktivitas manusia dan alam. Sampah bagi orang di desa dengan lahan yang masih cukup luas biasanya di buang dipekarangan berupa jogangan, tapi kondisinya masih dicampur antara sampah organik maupun anorganik. Seiring bertambahnya penduduk produksi sampah semakin banyak dan beragam tetapi lahan kosong semakin berkurang, pemukiman makin padat sehingga tak ada tempat untuk membuat jogangan. Alhasil semakin banyak juga sampah yang akhirnya dibaung ke TPA  pada hal sebagian besar sampah yang dibuang merupakan sampah sisa makanan atau sampah lain yang mudah terdekomposisi. Olah karena itu lambat laun TPA pun mengalami over load atau penuh, pemerintahpun kewalahan dalam mengelolanya.
Sampah organik maupun anorganik bisa dikelola mulai dari rumah masing-masing, ada beberapa cara untuk mengurangi dan mengelola sampah organik antara lain mengurangi belanja bahan makanan berlebihan, mensodakohkan makanan yang lebih, mengajak anggota keluarga untuk mengolah sampah organik menjadi kompos maupun pakan ternak. Di rumah kami membuang sampah organik di jogangan yang kami buat secara sederhana. Sampah sisa makanan dan sisa dapur kami kumpulkan diember kecil yang tertutup supaya tidak mengndang lalat dan kutu sampah.
Toples plastik bekas makanan pabrikan kami manfaatkan untuk mengumpulkan sampah organik di dapur, sehingga tidak perlu membeli wadah khusus dan mengeluarkan biaya lagi.
Setiap pagi atau sore wadah sampah organik yang penuh kami masukan ke dalam jogangan, kadang kami mencampur dengan sedikit sampah kertas untuk mengurangi bau, jika sampah ini telah membusuk dan terdekomposisi kami akan mengambilnya sebagai media tanam, saat ini masih sebatas alam yang melakukan proses dekomposisi dalam jogangan. Untuk warga yang berada di kota dengan keterbatasan lahan, jogangan bisa diganti dengan menggunakan ember atau tas sampah yang bisa dibeli ditoko pertanian. Tetep semangat ya!
Selain itu, kami juga menanam tanaman daung bawang, cabe, pepaya dari biji sisa atau cabai yang membusuk, meskipun hasilnya belum seberapa tetapi ini adalah pelajaran bagi anak-anak bahwa barang bekas maupun sampah makanan masih bisa di manfaatkan dalam rangka mencintai bumi tempat kita berpijak.Â
Sampah anorganik dapat dipilah kembali sesuai dengan jenisnya, beberapa jenis sampah anorganik memiliki nilai ekonomi yang relatif masih baik, sebagai contoh plastik, botol plastik, besi dan kardus. O iya jelantah juga bisa dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut, jelantah memiliki nilai ekonomi lumayan tinggi, jadi jangan dibuang ya.
Dirumah kami telah melakukan pemilahan sampah, seluruh anggota keluarga sudah diberikan penjelasan terkait pemilahan sampah. Pada awalnya seringkali anak-anak salah memasukan sampahnya ke tempat yang tidak sesuai karena lupa dan belum terbiasa. Alhamdulilah lama kelamaan menjadi terbiasa. Rumah kami berdekatan dengan Masjid Baiturrohman Pojok Wonokerto Sleman, kesempatan emas untuk mengajak remaja masjid bersama mewujudkan pemilahan sampah bersama. Secara terjadwal atau kadang masih otodidak, kami membuat program pengambilan sampah anorganik ke rumah sekitar untuk hasilnya sebagai kas bersama.Â
Pada saat pemilahan sampah selesai dilakukan, nantinya akan di datangi oleh seorang pengepul langganan kami.Â
Meskipun kegiatan ini mempunyai lingkup yang masih sangat kecil, besar harapan kami ke depan bisa semakin lancar dan lebih banyak lagi keluarga yang sadar dan mau menerapkan pemilahan sampah dari rumah masing-masing. Salam Lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H