Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Katakan Saya Tua

16 September 2024   07:16 Diperbarui: 16 September 2024   09:17 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Liputan6.com

Umur boleh bertambah, tetapi semangat dan gairah hidup harus tetap menyala. Menjadi tua adalah bagian alami dari kehidupan, namun jiwa yang muda adalah pilihan. Meski usia terus bergerak maju, jangan biarkan semangat memudar. (ER)

Suatu hari, saya menerima sebuah pesan inspiratif dari grup WhatsApp. Pesan tersebut merupakan pendapat dari Prof. Dr. dr. Soejunus, seorang Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, yang juga merupakan ahli neurologi dan psikiatri senior.

Dalam pesan tersebut, beliau menyampaikan pandangannya tentang cara merespons pertanyaan seputar usia. Jika seseorang bertanya, "Berapa umurmu?", Prof. Soejunus menganjurkan untuk menjawab dengan angka, seperti "50 tahun," "60 tahun," atau "70 tahun," alih-alih menjawab, "Saya sudah tua."

Mengapa penting memilih kata yang tepat? Secara psikologis, kata "tua" memiliki dampak yang lebih mendalam daripada sekadar penunjuk umur. Kata tersebut sering membawa konotasi negatif, menciptakan bayangan tentang masa akhir kehidupan yang penuh keterbatasan. Konotasi ini bisa membuat seseorang merasa bahwa masa produktifnya telah berakhir, sehingga kehilangan semangat dan motivasi.

Ketika usia bertambah, perubahan fisik dan mental memang tidak bisa dihindari. Namun, pandangan kita terhadap penuaan dapat memengaruhi cara kita menjalani fase kehidupan ini. Penuaan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bisa menjadi awal dari fase baru yang penuh pengalaman dan kontribusi. Dengan menghindari penggunaan kata "tua," kita bisa mendorong pandangan yang lebih positif terhadap usia lanjut dan tetap merasa aktif serta berharga di masyarakat.

Pengaruh Kata "Tua" terhadap Psikologi

Menurut Prof. Soejunus, penggunaan kata "tua" bisa memicu berbagai reaksi psikologis yang tidak sehat, seperti:

  1. Kesedihan
    Kata "tua" sering kali diasosiasikan dengan berbagai persoalan fisik dan mental. Bayangan sakit encok, pegal-pegal, kulit berkerut, hingga kemungkinan pikun bisa membayangi pikiran kita. Selain itu, lansia yang hidup jauh dari keluarga atau teman-temannya bisa merasakan kesepian yang mendalam, memicu perasaan sedih dan terisolasi.
  2. Mengenang Masa Muda
    Tidak jarang, kata "tua" membawa pikiran kembali ke masa muda yang penuh kekuatan, kegagahan, dan ketampanan. Ini dapat menimbulkan rasa kehilangan terhadap masa yang telah lewat.
  3. Terbayang Masa Jaya
    Ketika seseorang memasuki usia lanjut, bayangan masa lalu yang penuh prestasi dan kekuasaan bisa membuat perasaan nostalgia yang disertai dengan perasaan bahwa masa kejayaan telah berlalu.

Namun, pernahkah kita memperhatikan bahwa ada orang-orang yang usianya sama, namun tampak jauh lebih muda? Menurut Prof. Soejunus, perbedaan ini muncul dari kebiasaan hidup. Mereka yang tampak lebih muda cenderung memiliki sikap yang lebih positif, seperti:

  • Periang dan suka humor
    Orang yang ceria, tidak pemarah, dan menjalani hidup dengan ikhlas cenderung lebih sehat secara mental. Sikap ini membantu mengurangi stres dan mendorong produksi hormon endorfin, yang dikenal sebagai "hormon kebahagiaan."
  • Sabar dan tenang
    Sabar dalam menghadapi masalah kehidupan juga akan membawa pengaruh baik pada kesehatan mental dan fisik. Orang yang tenang dalam menghadapi tantangan lebih mampu mengelola stres.
  • Bersyukur dan ikhlas
    Sikap syukur membantu kita menerima kehidupan dengan lapang dada, sementara keikhlasan menjaga keseimbangan emosional.

Pentingnya Tertawa dan Silaturahmi

Tertawa dan bersilaturahmi, meski hanya melalui aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp, dapat memicu produksi hormon endorfin. Hormon ini tidak hanya membuat kita merasa bahagia, tetapi juga memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membuat kita terlihat lebih muda. Oleh karena itu, menjalin hubungan sosial dan tertawa bersama teman-teman memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan mental dan fisik.

Tertawa bukan hanya ekspresi kebahagiaan, tetapi juga kunci untuk hidup lebih sehat dan bahagia. Saat kita tertawa, tubuh melepaskan hormon endorfin yang dikenal sebagai "hormon kebahagiaan," yang secara alami meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres. Selain itu, tertawa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki sirkulasi darah, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan fisik. Dengan tertawa, kita juga bisa menciptakan suasana positif dalam lingkungan sosial, mempererat hubungan, dan membuat hidup terasa lebih ringan. Oleh karena itu, tertawa secara teratur bukan hanya hiburan, tetapi juga terapi alami untuk kesejahteraan mental dan fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun