"Mengapa memilih judul buku Jodoh Terbaikku, memang sudah pingin menikah setelah lulus madrasah tsanawiyah?"Â tanyaku bercanda melihat buku bacaan siswa yang menurutku berbeda dengan teman-teman seusianya.
"Karena saya ingin pada saatnya nanti mempuanyai jodoh yang baik, yang bisa membimbing saya dan keluarga. Saya tidak ingin mereka nanti seperti saya,"Â jawabnya tegas.
Tentu saja aku semakin penasaran, ada apa dengan anak ini dan keluarganya? Setelah saya selidiki dengan bertanya kepada guru BK dan wali kelasnya, ternyata anak ini memang orangtuanya kurang harmonis. Ibunya sering diperlakukan kurang baik oleh bapaknya
Ilustrasi di atas merupakan salah satu pertanyaan yang saya ajukan pada saat tes literasi budaya membaca buku non fiksi. Pada kurikulum 13 mata pelajaran Bahasa Indoensia pada setiap semester ada kompetensi dasar budaya membaca literasi fiksi di semester ganjil dan budaya litersi buku fiksi pada semester genap.
Penilaian pada kompentesi ini, saya memilih tes lisan untuk mengukur ketuntasan siswa dalam membaca buku fiksi atau buku nonfiksi. Penilaian ini saya laksankan secara berkala, di antara kompetensi lainya. Pertanyaan yang saya ajukan selain identitas buku juga saya tanyakan alasan memilih judul, isi buku, hal yang menarik dan komentar isi buku.
Banyak hal baik yang saya amati dalam pembelajaran ini. Saya melihat, meski dengan terpaksa membaca, karena harus mengahadapit tes lisan, mereka tetap melakukan kegiatan membaca.
Seperti kita ketahui, kondisi saat ini betapa pentingnya meningkatkan kemampuan membaca bagi siswa. Karena melalui kegiatan membaca dapat memberikan berbagai manfaat.Â
Di era globalisasi ini, kemampuan membaca yang menjadi lebih krusial karena membantu siswa mengakses informasi dari berbagai sumber, memahami isu-isu global dan tentunya memperluas wawasan mereka.
Melalui kemampuan membaca 'meski dengan terpaksa', tentu akan membantu mencapai tujuan kurikulum sekolah yang diharpakan pemerintah. Siswa dapat mengembangkan litersi yang kuat, meningkatkan keterampilan kritis. Selain itu membaca juga dapat membantu siswa mengasah kemapuan berpikir analitis, meningkatkan imajinasi dan memperkaya kosa kata mereka.
Melihat masih lemahnya budaya membaca siswa saat ini, untuk itu penting untuk memperhatikan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan budaya membaca kepada siswa, termasuk penggunaan teknik dalam proses pembelajaran. Dengan membiasakan membaca secara rutin dan menumbuhkan minat baca sejak usia dini juga akan membantu mengukuhkan kebiasaan membaca yang berkelanjutan.
Dalam upaya meningkatkan budaya membaca di sekolah, program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) seperti yang dicanangkan oleh pemerintah harus benar-benar di laksanakan. Program ini melibatkan siswa dalam membaca buku 15 menit selama proses kegiatan belajar mengajar. Sekolah bisa menempatkan pada jam pelajaran kapan pun sesuai kebiajakan sekolah. Di sekolah saya, program ini dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran.
Sebagai guru bahasa Indonesia sekaligus kepala perpustakaan, rasanya berdosa bila saya tidak ikut andil dalam meningkatkan budaya membaca ini. Dan inilah yang langkah yang saya ambil untuk ikut membudayakan minat baca siswa.
Pertama, meminjam buku di perpustakaan sekolah
Siswa diarahkan untuk aktif mengunjungi perspustakaan sekolah dan meminjam buku yang sesuai minat dan tingkat baca mereka. Karena memilih buku yang menarik tentu akan membantu meningkatkan antusias mereka dalam membaca.
Kedua, membuat jurnal literasi
Setiap siswa harus memiliki buku jurnal literasi pribadi. Di dalam buku tersebut memuat catatan tentang identitas buku, tanggal membaca, halaman buku yang dibaca, ringkasan dan komentar siswa terhadap isi buku yang dibacanya. Hal ini akan membuat mereka merenungkan dan menghargai pengalaman selama mereka membaca.
Ketiga, tanya jawab secara lisan tentang isi buku (tes lisan)
Secara berkala, guru dapat melakukan sesi tanya jawab tentang isi buku yang telah dibacanya. Pada sesi tes lisan ini bisa dilaksankan secara bergantian di kelas atau di luar kelas, guru bisa mencari tempat yang paling nyaman.Â
Selama antrian, teman lain bisa dikondisikan dengan tetap membaca atau belajar mandiri komptensi lain. Ini akan membantu mengasah kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan retensi informasi.
Keempat, lakukan penilaian
Nilai ini memiliki peran yang sangat penting bagi siswa. Nilai yang diperoleh siswa bisa digunakan oleh guru sebagai bentuk penghargaan dan motivasi belajar siswa. Melalui perolehan nilai ini siswa merasa diakui dan dihargai atas usaha dan kerja keras mereka. Karena pretasi yang baik akan menjadi kebanggan dan meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Kelima, beri masukan tentang buku-buku yang layak dibaca siswa
Terakhir, jangan lupa setelah kegiatan tes lisan, beri masukan atau saran-saran kepada siswa, bahwa buku yang layak dibaca untuk seusinya itu seperti apa. Tentu selama proses tes lisan guru sudah mempunyai catatan penting tentang kegiatan membaca siswa.
Misalnya, ini catatan saya selama melaksanakan tes lisan: jangan hanya terpaku pada satu jenis genre buku, pilih buku-buku yang menginspirasi hidup siswa, sebagai hiburan dan mengasah otak kanan tetap membaca karya sastra, buku-buku yang relevan dengan buku pelajaran, pilih buku yang meramgsang berpikir kritis, bisa juga buku-buku terapan sesuai minat dan bakatnya, dan lain lain.Â
Dan yang selalu saya tekankan adalah bahwa membaca adalah cara yang luar biasa untuk terus belajar dan berkembang.
Gerakan literasi dengan tes lisan ini tidak hanya akan meningkatkan minat baca siswa, tetapi juga memberikan manfaat bagi guru dan siswa.Â
Dalam prosesnya, guru akan dapat mengamati dan memahami karakteristik dan minat baca siswa. Hal ini akan membantu guru memberi pendekatan yang lebih tepat dalam kemampuan membaca siswa.
Selain itu, program ini juga akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan, karena melalui sesi tanya jawab, mereka akan belajar untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Keaktifan siswa dalam menulis jurnal literasi juga akan meningkatkan keterampilan menulis mereka.
Untuk itu meningkatkan budaya literasi bagi siswa merupakan hal yang penting untuk dilakukan di sekolah. Melalui program ini, selain bisa dimanfaatkan perpustakaan dalam program pengembangan bahan pustaka juga sebagai kontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan perkembangan karakter siswa secara menyeluruh. Semoga bermanfaat.
Salam Literasi
Blitar, 17 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H