Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Cara Hadapi Masa Tidak Produktif di Tempat Kerja

5 Februari 2023   17:38 Diperbarui: 6 Februari 2023   15:13 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja sambil ngemil (grinvalds via lifestyle.kompas.com)

"Apakah di tempat bulek bekerja, ada orang-orang yang selalu jealous, uring-uringan gak jelas, selalu berkomentar negatif terhadap pekerjaan temanya, apa yang dikerjakan orang lain itu selalu salah?"

Demikian curhatan keponakan saya, anaknya masih muda, energik, penuh inovasi, prestasinya juga bagus. 

Beberapa jabatan di kantornya memang telah menggeser orang yang dimaksud. Meskipun ia sendiri tidak pernah meminta posisi yang sandangnya, namun faktanya pekerjaan itu telah membuat orang lain menjadi kecewa dan sakit hati.

Saya pribadi bisa memahami apa yang dilami oleh keponakan saya tadi dan juga bisa merasakan kecewanya temannya itu. Karena kedua peristiwa di atas pernah saya alami. Pernah produktif di usia muda dan mengalami masa lelah fisik karena faktor usia, sehingga mengganggu produktivitas.

Menjadi tua itu memang kodrat, tapi untuk menjadi produkitf atau tidak itu pilihan. Karena masih banyak karya yang bisa dihasilkan dalam bentuk lain, yang tidak dipengaruhi oleh usia.

Untuk menjadi produktif tidak harus pada posisi yang sama, masih banyak cara lain untuk bisa dihargai dan dihormati. Jabatan boleh digeser, namun kekayaaan gagasan itu hanya kita bisa mengusahakanya.

Bila bertepatan kita berada pada posisi orang yang mengalami penurunan jabatan karena dianggap sudah mulai kurang produktif, tidak perlu berkecil hati, kecewa atau bahkan marah-marah kepada pengganti kita. Banyak hal positif dan bermanfaat bagi orang lain daripada marah-marah tidak jelas.

Posisikan diri kita sebagai senior, bukan orang yang lebih tua

Dalam kamus besar Bahasa indonesia senior artinya orang yang lebih dalam pangkat dan jabatan; orang yang lebih matang dalam pengalaman dan kemampuan. Sedangkan orang yang lebih tua itu maksutnya orang yang umurnya lebih banyak atau tua.

Menurut Prof. Dr. dr. Soejunus, Guru Besar FK Unair Surabaya, seorang neurolog dan psikiater yang sangat senior mengatakan, bila ditanya orang berapa umurmu? Maka jawablah dengan dengan menyebut angka yang menunjukkan umur kita, seperti 50, 55 atau 60 tahun. Jangan menjawab dengan kalimat, saya sudah tua.

Karena kata tua secara psikologis akan sangat berdampak, bisa mempengaruhi dan menurunkan semangat hidup sehari-hari. Kata tua, di bawah alam sadar kita akan memunculkan perasaan sedih, membayangkan masa muda yang kuat, gagah memiliki jabatan atau pun kekuasaaan.

Ilustrasi orang tua yang tetap produktif. Sumber: KoinWork
Ilustrasi orang tua yang tetap produktif. Sumber: KoinWork

Berbeda bila kita menempatkan diri kita sebagai senior, maka alam bawah sadar kita akan memunculkan orang yang sudah banyak pengalaman, harus bersikap dewasa, dituntut untuk lebih bijak dalam menghadapi setiap masalah, menyadari bahwa kita adalah sosok yang akan diteldani oleh para junior.

Dengan memposisikan diri sebagai senior, maka akan muncul motivasi untuk selalu belajar dan belajar. Karena menyadari dengan sepenuhnya bahwa seorang senior itu pasti mempunyai pengalaman lebih banyak daripada junior. Seorang senior akan menjadi tumpuan dalam setiap kesulitan para juniornya.

Jalani hobi dengan bahagia

Bahagia itu adalah tujuan hidup seseorang. Banyak cara yang dilakukan hanya untuk merasakan bahagia. Bahkan bahagia sangat mujarab dijadikan obat mengatasi segala macam penyakit.

Salah satu cara mencapai kebahagiaan itu adalah bisa menjalani hobinya dengan leluasa. Bila kita termasuk salah satu dari orang yang dianggap oleh pimpinan tidak produktif lagi karena kondisi fisik, maka perlu pengalihan kegiatan. Hal ini dapat dijadikan penyeimbang kehidupan kita.

Kegiatan tersebut adalah menjalani hobi. Karena dengan melakukan hobi secara rutin akan mengurangi stres sekaligus membawa kita kepada lingkungan yang baru. Seperti hobi menulis, menyanyi, memasak, fotografi, desain atau melukis.

Dengan menjalani hobi secara rutin, tentu kita akan menemukan dunia yang baru selain dunia kantor dan kerja yang kita jalani selama ini. Tentu akan menambah teman dan komunitas yang baru juga. 

Tidak hanya itu, pasti akan bertambah pula kegiatan kita. Hal ini akan mengurangi beban permasalahan di tempat kerja. Energi yang tidak bisa diluapkan di dunia kerja bisa disalurkan pada komunitas hobi kita.

Seperti yang saya alami, ketika ada permasalahan di tempat kerja, maka akan saya tumpahkan dengan membaca cerita dan menulis. Daripada meluapkan kekecewaan dan kekesalan kita kepada teman atau bahkan pimpinan, selain menambah dosa dan fitnah, jelas akan berdampak pada kesehatan kita.

Oke sahabat kompasianers, tidak ada alasan untuk marah-marah gak jelas kan, bila kita tahu tujuan hidup yang sebenarnya. Bila kita bisa mengatasi masalah dengan senyuman, kenapa harus marah?

Semoga kita selalu diberi kesehatan, menjalani hidup ini dengan penuh cinta dan semangat yang menggelora. Salam sehat dan bahagia.

Blitar, 5 Januari 2023

Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun