Lorong sunyi ini merindukan suara decit sepatu, teriakan anak-anak lugu, meski kadang sering dijadikan alasan bersembunyi dari tugas mahaguru
Lorong sunyi ini mengenang kembali perdebatan rumus fisika dan matematika, yang sering menjelma menjadi monster menakutkan, namun terkadang berubah menjadi putri peri cantik yang selalu di rindukan
Lorong sunyi ini mengharapkan hadirnya para pemustaka, yang menjajakan buku-buku kepada perindu ilmu, meski  terkadang tak satupun sepasang mata yang meliriknya
Lorong sunyi ini menitipkan sepotong surat keluh, bahwa bangku-bangku bisu itu semakin berdebu, bahwa guru-guru semakin pilu memendam rindu.
Lorong sunyi ini meminta kepada para penentu, jangan biarkan pesan-pesan ilmu itu berlalu, tanpa suara dan tanpa kata.
Lorong ini pun berkata
"Kesunyian ini adalah ilmu yang selayaknya dicatat sebagai sebuah keniscayaan"
Blitar, 30 Oktober 2020
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H