Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lorong Sunyi

30 Oktober 2020   17:55 Diperbarui: 30 Oktober 2020   18:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lorong sunyi ini merindukan suara decit sepatu, teriakan anak-anak lugu, meski kadang sering dijadikan alasan bersembunyi dari tugas mahaguru

Lorong sunyi ini mengenang kembali perdebatan rumus fisika dan matematika, yang sering menjelma menjadi monster menakutkan, namun terkadang berubah menjadi putri peri cantik yang selalu di rindukan

Lorong sunyi ini mengharapkan hadirnya para pemustaka, yang menjajakan buku-buku kepada perindu ilmu, meski  terkadang tak satupun sepasang mata yang meliriknya

Lorong sunyi ini menitipkan sepotong surat keluh, bahwa bangku-bangku bisu itu semakin berdebu, bahwa guru-guru semakin pilu memendam rindu.

Lorong sunyi ini meminta kepada para penentu, jangan biarkan pesan-pesan ilmu itu berlalu, tanpa suara dan tanpa kata.

Lorong ini pun berkata
"Kesunyian ini adalah ilmu yang selayaknya dicatat sebagai sebuah keniscayaan"

Blitar, 30 Oktober 2020
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun