Apa yang dianggap baik oleh orangtua belum tentu akan berdampak baik pula untuk masa depannya. Percayakan saja pada anak untuk memilih jalan hidupnyanya selama itu tidak melanggar aturan agama atau negara.
Biarkan anak berekspresi dengan kemampuannya. Biarkan dia bahagia dan bangga dengan kelebihan yang dimiliki. Tugas orangtua hanya mendukung, mengarahkan dan mendoakan yang terbaik buat anak.
4. Memustuskan Cinta
Cinta. Yaps, lima huruf ini sering dijadikan sumber dari setiap masalah anak remaja. Ayah bunda, cinta itu anugerah dari Tuhan. Â Bila anak-anak kita sedang tumbuh cintaya kepada lawan jenis, jangan dipaksa untuk mematahkannya. Sesuatu yang dipatahkan dengan paksa itu pasti sangat menyakitkan.
Nah, kalau hatinya sudah sakit, pasti akan memengaruhi organ-organ yang lain. Akalnya akan berkurang fungsinya. Hatinya akan sulit menerima nasihat dan pelajaran kehidupan. Bila akal dan hatinya sudah sakit, ini akan berdampak pada perilakunya sehari-hari.
Lantas? Apakah anak yang belum dewasa ini bebas mencintai dan bercinta? Ya nggak lah, anak yang sedang tumbuh cinta, biasanya butuh teman ngobrol tentang rahasia hantinya. Jadilah orangtua sebagai sahabat yang baik buat anak. Jangan sedikit-sedikit melarang. Beri pemahaman kepada anak, mana yang boleh dilakukan dan harus ditinggalkan. Beri rambu-rambu dalam mencintai lawan jenisnya.
Ajari anak mengelola hatinya. Bagaimana mencintai dan dicintai yang benar. Tentu dengan Bahasa seorang sahabat lo ya. Bukan sebagi orangtua yang diktator.
Oke ayah bunda, juga para guru, yuk kita menjadi sahabat terbaik bagi anak remaja kita. Karena seorang sahabat itu itu tidak akan membentak, tidak akan menjustifikasi, tidak juga menbadingkan dengan orang lain, dan senantiasa mendampingi serta menguatkan sahabatnya ketika sedang galau karena cinta.
Blitar, 27 Oktober 2020
Enik Rusmiati, S.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H