Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Bersih-bersih Jelang Idul Fitri, Jangan Lupa Bersihkan Juga Hatinya

23 Mei 2020   10:13 Diperbarui: 23 Mei 2020   10:12 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT hari ini, kita umat muslim telah melaksanakan ibadah puasa hari yang ke-30. Esok kita akan mencapai puncak kemenangan, yaitu hari raya idul fitri. Kemenangan dari usaha menahan lapar dan dahaga, kemenangan melawan kesenangan nafsu dunia dan kemenangan meninggalkan segala perbuatan tidak baik.

Hari ini saya mengamati di lingkungan tempat tinggal saya, para tetangga banyak yang melakukan kegiatan bersih-bersih rumah dan lingkungan sekitar. Mulai dari membersihkan kaca jendela, pintu, cabut rumput, cuci kendaraan, jemur kursi, mengecat tembok dan pagar sampai jemur kasur. Meski banyak aktivitas yang harus dikerjakan, tampaknya masyarakat melakukan kegiatan menyambut hari raya ini dengan bahagia. Saling bercanda sahut menyahut antar tetangga.

Meskipun pandemi covid-19 belum juga reda, namun hal ini tidak mempengaruhi hingar bingarnya bahagia dalam menyiapkan hari raya idul fitri. Di penghujung Ramadan ini umat muslim benar-benar tetap ingin menikmati indahnya hari raya, dengar adat dan budaya seperti tahun-tahun kemarin.

Kegiatan membersihkan rumah dan sekitarnya memang dianjurkan dalam agama Islam. Karena kebersihan itu bagian dari iman, bila umat Islam tidak mau menjaga kebersihan, maka sebagian imanya masih kosong, belum sempurna, penyakit pun akan berdatangan. Namun sebenarnya ada hal yang lebih esensial dari sekadar membersihkan wujud fisik  semata, yaitu membersihkan hati dan pikiran negatif.

Hikmah puasa sejatinya tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja. Umat Islam diwajibkan menjalankan puasa dengan cara menahan segala perbuatan tidak terpuji yang dilanggar aturan agama. Bulan Ramadan adalah bulan kesucian, bulan pembersihan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk kepada manusia, penjelas dan pembeda antara hak dan batil, antara manfaat dan mudharat.

Pada bulan Ramadan ini pula Allah memuliakan satu malam diantara malam-malamnya, malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar, dimana pada malam itu para malaikat dan ruh, dengan ijin memudahkan umat manusia dengan segala urusan, memberi kesejahteran yang penuh berkah hingga terbit fajar, bagi siapa pun diantara hamba-hamba-Nya yang mengimaninya.

Setelah satu bulan penuh melaksanakan ibadah puasa dengan segala keutamaan didalamnya, bila kita menjalaninya dengan penuh khusu, maka hari ini saatnya menikmati kemenangan. Bukan hanya kemenangan dalam kebebasan makan dan minum, namun kemenangan secara hakiki, yaitu kemenangan dari semua penyakit hati, iri dan dengki, kemenangan lisan dan perbuatan untuk tidak menyakiti, sehingga diri ini kembali firti.

Mari kita evaluasi diri ini, sudahkan hati kita sudah benar-benar bersih? Barangkali tanpa kita sadari, niat membersihkan rumah dan perabot bukan karena perintah Allah SWT, namun karena ingin dipuji, ingin memamerkan atas apa yang telah dimiliki. Begitu juga, bila kita sedang bersilaturrahmi, melihat barang-barang yang dimiliki orang lain, ternyata hati ini masih  mempunyai perasaan iri atau dengki.

Evaluasi diri itu tidak hanya dalam pergaulan, kemajuan teknologi juga  memberi peluang kepada kita untuk berbuat sesuatu secara terbuka. Terkadang tanpa sengaja, tanpa berpikir jernih, jari-jari kita menekan digit-digit, baik dalam bentuk komentar, status yang ternyata tulisan kita itu menyakiti, menyinggung dan melukai pembacanya. Mungkin niat kita bercanda, karena belum tentu baik menurut kita itu, baik juga menurut orang lain. Orang yang tersakiti oleh tangan dan lidah kita, sebelum yang bersangkutan memaafkan atau rida atas perbuatan kita, Allah pun belum rida, maka kita akan menanggung dosa selamanya.

Marilah dipenghujung Ramadan ini, kita memulai hidup ini dengan penuh kebaikan. Pikirkan dan renungkan dulu sebelum berkata dan bertindak. Kita tinggalkan semua perilaku tidak terpuji dan kita mulai menapaki hidup ini dengan keberkahan dan kebermanfaatan  bagi sesama. Karena sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Saya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, 1441 H, Taqobballahu minna wa minkum wa taqabbal ya karim. Mohon maaf lahir dan bathin.

Blitar, 23 mei 2020
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun