Perempuan mana sih yang tidak menyukai belanja? Bisa memenuhi kebutuhan keluarga, cukup untuk melunasi janji-janji ke anak, apalagi  bisa memenuhi keinginan yang lama terpendam.
Semua ibu pasti mendambakan suasana yang demikian, kalau toh ada yang tidak suka belanja pasti hanya sebagian kecil saja. Tabiat ini, seperti penyakit keturunan yang diturunkan secara turun temurun yaa..hehehe
Apalagi di bulan puasa dan menjelang lebaran seperti ini. Rasanya berapa pun uang yang dipegang kalau sudah masuk pasar dan toko pakaian bisa langsung ludes, kalau 'remnya blong'. Â Borong bahan makanan buat berbuka, numpuk stok kue lebaran, dan koleksi baju lebaran.
Belum lagi kalau mata lihat barang pecah belah yang di pajang di depan toko, rasanya, nafsu emak-emak mencuat dengan hebat untuk memilih dan membelinya, meskipun sebenarnya di rumah masih ada yang bisa digunakan. Sudah sampai di rumahpun, ketika ada sales yang menawarkan barang baru, hemmm....bawaanya pingin ambil saja, bayar belakangan.
Itulah wanita dengan kodratnya yang suka sesuatu yang baru. Saya pun tidak  mengelak bila dikatakan amat bahagia bila diajak belanja, apalagi tanpa harus ke kasir...hehehe
Namun, sekali lagi, seorang ibu itu harus bijak dapur, pandai-pandai mengunci nafsu kalap ketika belanja, rem keimanan harus kuat dalam jiwanya. Rosulullah mengajarkan kepada umatnya untuk tidak berlebihan dalam menjalankan roda kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW memberi teladan, makanlah dengan hidangan yang sangat sederhana, secukupnya, tidak berlebihan. Belilah pakaian, kendaraan, perabot rumah tangga, dan barang lainya karena kebutuhan, karena memang harus di beli, tanpa barang itu maka tidak bisa melanjutnya ativitasnya misalnya.
Jadi pembelian barang memang benar-benar butuh, bukan keinginan untuk mengikuti nafsu demen, puas atau senang belaka. Apalagi untuk keinginan biar dinilai 'wah' orang lain, jelas itu bukan ciri manusia beriman.
Belanja dengan berlebihan selain tidak mengikuti ajaran Rosululllah juga akan  berdampak suram pada sirkulasi keuangan keluarga pada hari-hari berikutnya. Jelas bila selesai kalap belanja, pasti uang juga lenyap. Maka untuk hari esok pun jadi gelap.
Bagaimana tidak gelap, lha uang sudah habis, padahal kita tidak tahu apa yang terjadi dengan kejadian esok atau lusa. Apakah tetap bisa punya pekerjaan tetap, keluarga sehat semua, tidak ada keluarga yang hajatan, dan sebagainya. Kalau ternyata situasinya berbeda dari yang kita harapkan, maka solusinya pasti cari hutangan atau menjual barang. Ambyar kan..
Nahh, pasti kita tidak ingin semua itu terjadi pada kehidupan keluarga kita kan? Untuk itu marilah kita mulai berhemat, boros itu tidak disukai oleh Allah.
Buat semuanya yang suka kalap dalam belanja, segeralah insaf. Ingatlah hari esok masih harus kita jalani dengan biaya yang tidak sedikit. Kalau memang punya kelebihan uang, silahkan kalap belanja, tetapi belanjaanya untuk fakir miskin, anak-anak yatim dan siapa saja yang membutuhkan pertolongan.