Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duhai Ibu, Ganti Keluh Itu dengan Lillah, Nasib Kita Sama

8 April 2020   17:06 Diperbarui: 8 April 2020   16:58 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sampai kapan ya, anak-anak harus belajar di rumah, saya capek setiap hari harus bantu anak-anak mengerjakan tugas, gurunya kalau kasih tugas sulit-sulit, bikin pusing saya. "

"Sama Bu, belum lagi untuk pulsanya,  biasanya lima puluh ribu untuk satu bulan, sekarang satu minggu sudah habis, padahal bapaknya sudah tidak bisa kerja karena pabrik tutup,"

Setiap hari menyimak obrolan ibu-ibu ketika membeli sayur di mas "ethek", sebutan penjual sayuran keliling di kota saya, hanya kata prihatin yang bisa saya ucapkan. Meski kadang ada beberapa ibu bijak bisa meredam keluhan meraka, namun hanya berhenti sesaat, besuk ya ngeluh lagi dengan topik yang sama.

Sebenarnya dampak pandemi covid-19 ini tidak hanya dirasakan oleh ibu-ibu ini saja, pasti juga dirasakan oleh sebagian besar warga negara yang terjangkiti corona ini. 

Setelah pemerintah memutuskan keadaan darurat corona pada beberapa waktu yang lalu, seluruh  masyarakat di wajibkan untuk berdiam di rumah untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19 lebih banyak lagi. Keaadan ini jelas mempengaruhi banyak sendi keberlangsungan kehidupan di negara kita.

Menyikapi permasalahan ini, tentu bukan mengeluh jalan keluarnya. Seberapa besar kita mengeluh bila tidak melakukan perubahan, keadaan kita tidak akan menuai perubahan. 

Meratapi keadaan ini justru akan menambah beban mental kita, bahkan bisa menambah stres, akhirnya menjadi sumber segala penyakit. Lalu bagaimana seharusnya sikap kita?

Tetap Bersyukur kepada Tuhan

Ciri-ciri orang yang beriman adalah menerima ketetapa takdir Allah dalam keadaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, senantiasa mensyukuri karunia Allah yang diterima dengan ridho. 

Bila oleh majikan harus berhenti sementara, tetap bersyukur, karena masih bisa diberi kesempatan bisa berkumpul dengan seluruh anggota keluarga. Tetap bersyukur, meski tidak punya uang untuk beli pulsa, gaji tidak ada dan harus bongkar tabungan, karena masih diberi nikmat sehat jasmani dan rohani kita.

Bila kebetulan salah satu anggota keluarga kita yang diberi ujian terkena virus covid-19, tetap bersyukur karena Allah masih menyayangi kita dengan ujian, jelas akan mendekatkan kita dengan sang Maha Penciptanya. Karena kehidupan abadi bukan di dunia malainkan di akhirat kelak.

Menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinganan kita memang pahit. Tetapi dengan melihat nikmat lain yang telah Allah berikan kepada kita, ini justru akan membuat kita semakin bersyukur dan bahagia. 

Bangun tidur, bersyukur masih bisa bernafas dan melihat udara pagi, bisa melihat dan membangunkan anggota keluarga dengan senyuman, ini adalah nikmat yang sering kali kita abaikan. Karena yang kita pikirkan adalah permohonan tentang kebahagiaan duniawi saja.

Terus Berikhtiar

Diam di rumah bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Kata pepatah, tidak ada rotan akar pun jadi. Satu jalan terputus, masih banyak cara lain untuk memenuhi tuntutan kehidupan kita, jangan segera menyerah dengan kadaan, apalagi ditambah mengeluh kesana kemari tidak jelas. Zaman teknologi saat ini banyak sekali peluang usaha bisa kita perbuat untuk mengais rizki.

Kunci untuk membuka keruwetan permasalahan kehidupan dampak pandemi corona ini adalah banyak belajar, membaca dan mencari informasi. Setelah memperoleh ilmunya segera bertindak, lakukan dengan niat karena perintah Tuhan untuk berusaha sebagai ciri-ciri orang yang beriman.

Yakinlah sekecil apapun usaha kita, kalau kita niati sebagai ibadah, memenuhi tanggung jawab sebagi kholifah di muka bumi, insyaAllah Tuhan akan memberi hasil.

Namun jangan berprasangka kalau hasil itu harus sama dengan permintaan kita. Kadang Allah itu mengabulkan ikhtiar dan doa kita itu dalam bentuk lain yang lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Berdoa dan Berserah kepada Tuhan

Kita semua menyakini bahwa datangnya virus kecil yang tidak tampak oleh mata ini karena atas izin Allah. Sakit dan kematian juga atas izin Allah. Tidak ada kesulitan dan kesakitan tanpa izin Allah. Tidak ada butiran debu yang beterbangan dan tidak ada selembar daun pun yang jatuh tanpa seizin Allah.

Maka, jalan terbaik menghadapi musibah ini yaitu dengan memohon kepada Allah agar kita senantiasa mendapat petunjuk-Nya, dengan cara selalu berbuat baik mematuhi anjuran pemerintah dan melaksanakan perintah agama. 

Karena, kejadian apapun di dunia ini, baik yang kita sukai atau yang tidak kita sukai terjadi atas izin Allah. Jadi hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan. Setelah berikhtiar, selanjutnya serahkan segala penyelesaian ini kepada Allah yang maha bijak.

Demikian duhai ibu-ibu, mari ganti keluh kita dengan lillah, karena kita semua bernasib sama. Semoga kita semua senantiasa bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian dan menjadikannya ladang amal baik bagi kita untuk meraih derajat yang tinggi dihadapan Allah SWT. Amin.

Blitar, 8 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun