Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UN Dibatalkan, Inilah Kemerdekaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

25 Maret 2020   11:38 Diperbarui: 25 Maret 2020   12:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Alhamdulillah"

Demikian ungkapan yang saya simak dari beberapa WAG, baik dari grup siswa maupun orangtua. Saya bisa merasakan kemerdekaan yang luar biasa. Seolah baru saja terbebas dari himpitan yang menekan jiwa dan pikiran mereka.

Berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang semakin meningkat, Ujian Nasional dibatalkan. Dengan demikian secara otomatis nilai UN tidak menjadi syarat masuk ke jenjang pedidikan berikutnya.

Keadaan ini tentu menimbulkan respon yang berbeda-beda, bagi siswa yang rajin maka ini merupakan suatu kegagalan sebelum bertanding. Namun bagi siswa yang selalu santuy maka keputusan ini bak mendapatkan durian runtuh yang siap dinikmati. Apa pun yang terjadi sebagai warga negara yang baik tetap harus menerima segala keputusan ini dengan hati bijak. Yang jelas tidak ada proses yang tidak membawa hikmah.

Lalu sebagai guru mapel UN, apakah ikut bahagia dengan keputusan ini? Jelas harus tetap bahagia, kalau gurunya sedih, kasihan kan siswanya, he he.... Guru harus bahagia, bukan karena terbebas dari tugas mengajar dan mendalami soal-soal ujian nasional, namun karena guru akan mempunyai kemerdekaan memberikan materi sesuai dengan minat, bakat dan karakter siswa. Karena sebenarnya keberhasilan siswa tidak terletak pada nilai-nilai yang tertera di lembar hasil akhir ujian nasional saja, melainkan kesiapan siswa  menghadapi tantangan dunia saat ini dan masa depan.

Meningkatkan Literasi Siswa

Ketika beredar surat keputusan bahwa ujian nasional dibatalkan, banyak pesan masuk dari siswa di ponsel saya, "Bu, mulai sekarang ibu tidak mengajar dikelas kami lagi ya, berarti sudah berhenti bahas soal ya bu." Karena saya mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu mapel UN. Tentu jawaban saya bukan mengiyakan asumsi siswa, karena tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu tapi mendidik, memanusiakan manusia.

Kalau hari-hari kemarin pembelajaran daring ini berupa pembahasan soal-soal, mulai hari ini dan seterusnya kegiatan siswa bisa diubah menjadi kegiatan berliterasi.  Kita semua tahu bahwa kemampuan literasi siswa dan orang dewasa di negeri kita ini kan sangat rendah, sehingga pemerintah menggulirkan keputusan kepada semua jenjang pendidikan wajib melaksanakan program litersi. Namun kenyataannya sampai detik ini, peningkatan literasi juga belum menunjukkan perubahan yang signifikan, apalagi di sekolah pinggiran yang orang tuanya sejak kecil tidak mengenal buku.

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran daring tentang literasi ini, siswa tidak hanya dituntut membaca buku, tetapi siswa bisa mengakses semua informasi melalui surat kabar, televisi, radio, media sosial atau peristiwa sehari-hari di lingkungan rumahnya.

Kegiatan siswa bisa berupa membaca berita, artikel bahaya dan pencegahan virus covid-19; menyimak video atau membaca sastra yang berhubungan dengan virus corona ini; atau bacaan-bacaan lain yang memotivasi siswa untuk melakukan perubahan. Sebagai bukti siswa telah melakukan kegiatan literasi, siswa harus menulis rangkuman dan komentar pada buku jurnal literasi siswa.

Selain itu siswa juga bisa menulis pengalamannya sendiiri bagaimana cara menghindari virus berbahaya ini. Untuk bentuk tulisan, beri kebebasan siswa untuk berkreativitas, bisa berupa berita, artikel, cerpen atau puisi, sesuai dengan teks yang pernah diajarkan.

Melalui pengalaman belajar ini, diharapakan siswa akan mempunyai mental yang baik untuk menghadapi segala tantangan kehidupan selanjutnya. Siswa akan lebih simpati, empati dan lebih peduli dengan peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Meningkatkan Karakter Religius

Pendidikan karakter merupakan hal yang paling penting di dunia Pendidikan. Karakter religius adalah cara pandang seseorang mengenai agamanya, serta bagaimana seseorang tersebut menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang mempunyai karakter religius akan tampak dalam kehiadupan sehari-hari, seperti senantiasa bersyukur kepada Tuhan,  senang menolong teman yang sedang kesulitan, menjenguk teman yang sakit, dan bersikap sopan santun dalam pergaulan.

Karakter religius ini tidak bisa dibentuk secara instan, harus ada peroses yang dilakukan setiap hari. Moment dibatalkanya UN bukan berarti pembelajaran berhenti, guru bisa menggantikannya dengan memberikan materi yang dapat meningkatkan karakter religius siswa. Kegiatan ini bisa berupa, hafalan sholat, surat-surat pendek melalui video call grup. Bisa juga dengan kegiatan membaca dan merangkum biografi tokoh-tokoh agama; mendengarkan dan merangkum kajian dakwah dengan link yang telah ditentukan dan di share oleh guru.

Keputusan pemerintah membatalkan ujian nasional, merupakan saat yang tepat bagi guru dan siswa melaksanakan kemerdekaan belajar untuk mewujudkan generasi yang hebat bermartabat. Mari bersama kita wujudkan bahwa prestasi siswa itu tidak hanya angka di atas kertas, namun angka-angka yang bermakna dalam kehidupan sehar-hari dalam menjalankan kekholifahan di muka bumi ini. Ketika Tuhan memberikan cobaan kepada umat manusia, pasti Tuhan juga memberikan ilmu dan hikmah untuk dikaji dan diamalkan dalam kehidupan hari ini dan yang akan datang.

Semoga kita semua selalu diberi kesabaran dalam menerima cobaan ini. Amin.

Blitar, 25 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun