Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

1 Muharam Saatnya Hijrah, dari Sibuk Mengoreksi Orang Lain Menjadi Keberanian Evaluasi Diri

1 September 2019   11:06 Diperbarui: 1 September 2019   11:10 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini, 1 September 2019 merupaka awal tahun  baru Islam 1441 H, yang masuk ke dalam bulan Muharam. Bulan Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah yang dihitung berdasarkan evolusi bulan. Bulan Muharam memiliki keutamaan yang besar. Nabi Muhammad SAW menyebut bulan Muharam sebagai Syahrullah atau berarti Bulan Allah.

Secara harfiyah Muharam memiliki makna "terlarang". Dalam bulan ini Allah melarang umat  Islam  berbuat keburukan, kerusakan, dan terlibat dalam bentuk kekerasan. Dan Allah menganjurkan untuk memperbanyak berbuat baik, bahkan akan melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat At Taubah ayat 36.

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya  empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu".

Empat bulan suci yang dimaksud, menurut hadits riwayat  sahih Bukhari itu adalah Dzulqa'dah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab."

Momen memasuki Tahun Baru Islam merupakan saat yang tepat untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan introkspeksi terhadap semua prilaku diri kita kepada alam, lingkungan dan masyarakat. Saatnya mengevaluasi diri, kemanakah tujuan hidup kita? kebahagiaan dunia atau kebahagiaan akhirat?

Hijrah dari Sibuk Mengoreksi Orang lain, Menjadi Keberanian Mengevaluasi Diri Sendiri

Sebenarnya penghambat kesuksesan diri kita dan sumber masalah dalam hidup kita terbesar adalah karena kita terlalu fokus pada masalah orang lain. Sibuk menelaah dan mencari-cari kekurangan orang lain, hingga akhirnya lupa dengan keburukan diri sendiri.

Karena orang yang selalu disibukkan dengan menilai keburukan orang lain, maka dirinya akan sibuk pula untuk memperbaiki 'topengnya'. Akan selalu repot menjaga image (jaim) yaitu usaha menyembunyikan sikap atau pribadi yang sebenarnya, dengan mengharapkan orang lain menganggap bahwa dirinya adalah pribadi yang baik, tenang, hebat dan berwibawa.

Berbeda dengan orang yang mempunyai keberanian untuk mengevaluasi diri sendiri, ia akan sibuk dengan memperbaiki hati dan amal ibadahnya sehari-hari. Selalu berjiwa terbuka untuk menerima kritikan, saran dan pendapat untuk kebaikan dirinya. Tidak menuntut, namun selalu mengerahkan hati dan pikiriannya untuk menerima penilaian orang lain.

Misal, tidak hanya masalah politik, sosial dan pemerintahan, pun dalam rumah tangga, kita harus berani menyibukkan diri melihat kekurangan kita. Sebagai orang tua sudahkah menjadi orang tua yang baik buat anak-anak kita, mendidik dan memberi tauladan sesuai dengan ajaran Islam? Sebaliknya sebagi anak sudahkah kita berbakti dan menjalankan perintah Allah dan meraih ridhonya?

Sebagai pemimpin sudahkah kita menjadi pemimpin yang meneladani kepemimpinan Rosulullah SAW? Yang senantiasa mengedepankan akhlak mulia, memiliki rasa empati, mengedepankan keteladanan atau uswatun hasanah dan mengutamakan kebersamaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun