Tuan,
Di sekolah, kami diajarkan bagaimana menyapa dan merawat tanaman
Tapi mengapa kami masih melihat pohon tumbang dan terbakar, Â tumbuhan berteriak dalam kepunahan.
Kami diajarkan menyayangi makhluk, tapi mengapa masih sering kami dengar binatang-binatang yang sekarat tak terhitung jumlahnya, ikan-ikan penuh plastik tergelatak di bibir samudera.
Tuan,
Di surau, kami diminta menjaga lidah, mata, dan telinga. Tapi mengapa masih saja kami dengar ledakan suara dan gelombang, hingga panasnya menggetarkan atap rumah kami.
Kami juga di ajak untuk menyimpan dan menabung rasa senang kami, tapi mengapa tuan menghambur dan melempar suka pada dinding-dinding fatamorgana
Tuan,
Meski saat ini engkau berada di kerajaan cakrawala, tapi kami tetap yakin, tuan adalah cermin dari anak-anak yang ingin punya mimpi untuk dunia masa depan tempat kami tinggal.
Tuan,
Pahami kami dengan hatimu, bukan dengan huruf di buku-bukumu
Blitar, 24 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H