Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran Kemerdekaan di Dusun Randuasri Tepas Kesamben Blitar

17 Agustus 2019   21:04 Diperbarui: 18 Agustus 2019   08:54 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menikmati hidangan yang disuguhkan tuan rumah.dok pri

Setiap tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia senantiasa memperingati hari lahirnya kemerdekaan Republik Indonesia. Beragam cara yang dilaksanakan masyarakat untuk memperingatinya. Mulai dari tasyakuran tumpeng di setiap gang, masjid atau rumah sesepuh warga, mengikuti upacara bendera, mengadakan aneka perlombaan, pameran produk dalam negeri, sampai panggung hiburan. Semua itu menunjukkan perasaan bahagia karena bangsa ini telah terbebas dari penjajah yang selama 3,5 abad menguasai Indonesia.

Salah satu cara warga di Dusun Randuasri Desa Tepas Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar mensyukuri hari kemerdekaan ini layaknya hari raya Idul Fitri. Mereka menamakan 'Bodo/Lebaran Kemerdekaan'. 

Seperti tradisi lebaran, menjelang diperingatinya detik-detik proklamasi, tepatnya tanggal 16 Agustus, warga mengadakan tasyakuran tumpeng di jalan kampung diisi doa bersama.

Tepat pada tanggal 17 Agustus, semua warga tidak ada yang bekerja.  Pagi hari setelah upacara, ibu-ibu menyiapkan aneka suguhan jajan di meja atau menggelar karpet di ruang tamu. Selanjutnya mereka melakukan silaturahim, berkunjung antar rumah ke rumah seluruh warga.

Warga menikmati hidangan yang disuguhkan tuan rumah.dok pri
Warga menikmati hidangan yang disuguhkan tuan rumah.dok pri
Kunjungan ke rumah-rumah ini dilakukan secara merata, tidak membedakan kaya miskin, orang biasa atau pejabat, semua saling berkunjung. Uniknya, ketika bertamu ke rumah, setelah mengucapkan salam seraya berjabat tangan, mereka mengatakan kata "Merdeka", setelah itu duduk dan menikmati hidangan tuan rumah.

Dari beberapa rumah yang saya datangi, saya terkesan dengan cara tuan rumah mempersilahan tamu untuk menikmati hidangan, yaitu dengan mengatakan,  "Monggo didahar, niki kuasane kemerdekaan," (Silahkan dimakan, ini anugerah kemerdekaan).

Rombongan warga saling berkunjung dari rumah ke rumah saling bergantian. dok pri
Rombongan warga saling berkunjung dari rumah ke rumah saling bergantian. dok pri
Menurut pengakuan warga, tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun. Ketika saya bertanya kepada warga yang umurnya kisaran 50 tahun, beliau mengatakan bahwa lebaran kemerdekaan ini sudah ada sejak beliau masih sekolah dasar. Itu artinya tradisi ini sudah berjalan sekitar 35 tahun yang lalu.

Lebaran kemerdekaan ini sangat di nikmati oleh warga Randuasri. Hal itu tercermin dari cara mereka  bersikap. Aura kebahagian, tertawa, canda ria dan saling menanyakan kabar masing-masing.

Bahkan kepada saya dan rombongan ketika berkunjung ke lokasi, mereka mempersilakan kami menikmati hidangan, seperti keluarga sendiri, padahal baru saja kenal. Kami sempat diajak berkunjung ke beberapa rumah penduduk. Dan makan bersama mereka tanpa ada perbedaan, karena menurut mereka kita adalah satu yaitu warga indonesia.

Satu kata yang bisa saya ucapkan 'luar biasa' tradisi yang dibangun nenek moyang warga daerah ini dalam menwujudkan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diperoleh dan dirasakan bangsa Indonesia.

Tradisi ini juga menunjukkan cara mensyukuri kemerdekaan dengan jalan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dengan jalan meningkatkan toleransi dan kerukunan antar warga.

Apapun bentuk kegiatanya, yang jelas semua itu merupakan ungkapan mensyukuri nikmat kemerdekaan. Ungkapan terimakasih kepada para pahlawan baik yang kita kenal maupun tidak telah membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajah.

Segala cara telah ditempuh baik diplomasi maupun dengan mengangkat senjata. Rela mengorbankan waktu, harta, tenaga, pikiran, air mata sampai ke titik darah penghabisan. Melalui kepayahan dan kesulitan itulah bangsa Indonesia bisa menproklamasikan kemerdekaan.

Salam Merdeka!
Blitar, 17 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun