Matanya tetap memelototi tempat gerobak gorengan, walaupun ada orang  yang lewat di depannya, namun tak satupun yang peduli dengan keinginan Reza. Sekali lagi rasa kecewa menjalar ke sekujur ulu hatinya. Ia harus menelan kenyataan pahit tentang keinginannya untuk makan jajan gorengan. Ketika ia akan membalikkan tubuhnya, tiba-tiba penjual gorengan itu memanggilnya.
"Hai... kamu kesini", teriak laki-laki paroh baya dengan melambaikan tanganya kearah Reza.
"Saya pak", tegas Reza meyakinkan.
"Iya kamu, ayo lari kesini, hati-hati kalau menyeberang jalan", laki-laki penjual gorengan melambaikan tanganya kearah Reza.
 "Ada apa Pak?" tanya Reza begitu sampai di dekat penjual gorengan.
 "Bapak lihat sudah empat hari ini kamu berdiri di sana, ada apa nak? Apakah ada orang yang sedang kamu tunggu?" tanya penjual gorengan tadi sambil mengaduk-aduk singkong  di wajan.
"Tidak ada yang saya tunggu pak", Â jawab Reza bingung.
"Lalu kenapa kamu selalu berdiri di sana", penjual gorengan semakin penasaran.
"Saya ingin sekali makan jajan gorengan, tapi ibu tidak punya uang untuk membelinya. Jadi saya berdiri saja di sana sambil membayangkan rasanya jajan gorengan".
"Oalah nak, kenapa tidak minta saja ke bapak pasti akan bapak kasih, nih bapak punya buntut singkong goring, ayo di makan, boleh dimakan disini boleh dibawa pulang", penjual gorengan membungkuskan singkong goring kepada Reza.
"Terima kasih Pak, jadi ini tidak membayar Pak, kenapa diberikan saya? Apakah Bapak nanti tidak rugi?" tanya Reza khawatir.