Mohon tunggu...
HERAWATI YUSUF
HERAWATI YUSUF Mohon Tunggu... -

Assalamualaikum, saya berasal dari sinjai Selatan, kabupaten sinjai. saat ini saya Belajar di Universitas Fajar Makassar jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Sederhana Dalam Patron-Klien

30 April 2016   12:23 Diperbarui: 30 April 2016   13:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Memulai tulisan ini, saya sedikit mengalami kesulitan. Entah saya harus memulai dari mana, tapi saya mau sedikit menyinggung materi yang sempat dijelaskan oleh dosen pembimbing.

      Rabu , tepat pada tanggal 27 April 2016 mahasiswa mulai memasuki ruangan untuk melanjutkan pertemuan mata kuliah atropologi, antusiasme mereka sangat besar meski cuaca hari itu tidak mendukung, rasa ngantuk masih terasa. Namun, karena materi cukup penting, maka kami berusaha untuk tetap memperhatikan dan memahami penjelasan dosen pembimbing kami. beliau membahas Hubungan Patron-Klien pada masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Cukup menarik judul pembahasan yang saya dengar. Meski baru kali ini saya mendengar kata Patron-Klien. Namun, saya sedikit menangkap inti dari pembahasannya yaitu Patron bertugas melindungi klien, selalu memberikan kenyamanan pada kliennya, sedangkan klien mengikuti patron. Dan ada tiga karakteristik utama seorang patron yaitu status, kepribadian, dan kekayaan.

      Pada masyarakat Bugis, seorang patron, biasanya disebut ajjoarengatau pappuangengdan di wilayah Makassar tu nipinawangatau karaeng,yang memiliki sejumlah pengikut. Patron dank lien terkait dalam sejumlah dan kewajiban timbal balik. Kewajiban utama seorang patron terhadap pengikutnya adalah melindungi mereka dari kesewenang-wenangan bangsa lain, ketidakamanan, pencurian dan sebagainya. Sebaliknya, kewajiban klien terhadap patron adalah memberikan pelayanan, misalnya, dengan bekerja di lahan atau rumah tuannya.

       Nah, pembaca jangan bosan dulu, pembahasan di atas baru pengantar tulisan saya mengenai hubungan patron klien. Karena kami diberi ole-ole dari dosen mengenai hubungan patron-klien dalam kehidupan kita maka penulis mengangkat hubungan Patron-klien antara seorang Ibu dan anaknya.

        Mungkin pembaca saat ini bertanya dalam hati sembari berpikir apa hubungan patron-klien antara seorang Ibu dan anak. Penulis berani mengambil contoh hubungan patron –klien ini karena penulis berpatokan dari pengantar di atas yaitu, salah satu tugas utama seorang patron kan melindungi sekaligus memberikan kenyamanan pada kliennya.

       Nah, bagaimana dengan seorang Ibu??? Apakah seorang ibu tidak dapat dikatakan seorang patron terhadap anaknya? Mungkin pembaca saat ini ada yang berpikir seorang Ibu dapat dikatakan seorang patron, ada pula yang berpikir tidak. Nah, mari kita simak pembahasan di bawah ini:

         Menurut penulis, seorang Ibu dapat dikatakan seorang patron terhadap anaknya jika dilihat dari tugas utamanya yaitu melindungi. Perlindungan seorang Ibu terhadap anaknya tidak dapat dibalas melalui apapun. Mulai dari kita masih dalam kandungannya, kemudian dilahirkan di dunia ini, hingga kita diapihnya selama dua tahun, sampai kita dewasa saat ini. Semuanya merupakan bukti yang sangat nyata, bahwa Ibu adalah perlindungan kedua dari Sang pencipta di dunia ini.

         Dapat dikatakan bahwa Ibu adalah patron pertama yang baik bagi kita dari sekian banyaknya patron di sekeliling kita. Meski terkadang apa yang disampaikannya tidak dapat diterima begitu saja oleh seorang anak. Tergantung bagaimana seorang anak menerima sebuah pesan yang disampaikan seorang Ibu sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.

       Nah, setelah Ibu menjalankan tugas utamanya sebagai seorang patron, tentu kita anak sebagai seorang klien memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada beliau, misalnya jika beliau butuh bantuan kita segerahlah untuk melaksanakannya, jangan suka menunda-nunda perintahnya. Karena jika kita flash back waktu kecil dulu ketika kita buang air kecil atau apa gitu, Ibu tidak mungkin menunda-nunda kita untuk membersihkan semua itu. Nah, giliran kita yang melakukan hal yang demikian kepadanya.

        Seorang patron juga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kliennya. Nah, peran seorang Ibu disini bagi anaknya sangatlah berpengaruh. Ibu harus memberikan pelajaran yang baik kepada anaknya sejak dini agar bisa berguna nanti ke depannya. Dengan kata lain kepribadian seorang Ibu harus baik sehingga anak dapat mencontoh kepribadian Ibunya. Ada pepatah bilang “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”.

        Sebelumnya pada pengantar di atas tadi, salah satu karakter utama seorang patner adalah kekayaan. Nah, hubungan patron-klien antara seorang Ibu dan anak adalah sudah sangat jelas. Meski kekayaan yang dimaksud di sini adalah harta atau semacamnya, namun seorang Ibu memiliki kekayaan yang lebih dari itu, Ibu kaya akan pengetahuan, kaya akan nasehat, dan kaya akan motivasi dan semuanya itu diberikan secara gratis kepada anaknya tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali melihat anaknya sukses kelak di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun