Menyekap sunyiku, membekap kerinduanku..
Mengalirkan waktu ke laut luas, menyederhanakan ruas-ruas pikirku..
Mengalahlah sebentar saja duhai gelak tangisku..
Bumikan rinduku ke dalam rongga-rongga biru..
Aku mau hilang di segumpal awan, menyertainya ke atas langitmu..
Memberimu hujan andai melayu..
Memberimu teduh andai menderu..
Aku mau hilang di senyawa debu-debu,
Bersemayam di antara sedu sedanku,
Tak gaduh, aku karam di selat kecil antaramu..
Dan jauh jatuh pandangku..
jalan berbatu itu ternyata berujung pada mimpi-mimpiku..
Tentang bukit, pinus, flamboyant, rumah berdinding anyaman bambu, kabut di dasar undakan air berasap, dan  hamparan hijau membelah ngarai
Siapa memasang dinding yang kurobohkan dengan sebait syair?
Aku bisa melihat jauh ke sana, di balik gelap belantara..
Tengoklah kebisuan, aku berkata-kata padanya melalui rindu..
Menaburi tubuhku dengan jiwa, cinta, dan doa-doa..
Aku tak mau terus melukis bunga-bunga merah di lempeng karang biru..
Pun tak ingin menabur benih di lempeng karang hitam..
Aku hanya inginkan jiwamu merasuk dalam cerita-cerita hidupku..