Mohon tunggu...
enhaac
enhaac Mohon Tunggu... -

Seorang abdi negara. Suami dari owner Ando's Cake (https://www.instagram.com/andos_cake/). Tulisan bisa juga di baca di (https://enhaac.blogspot.co.id/), dan sebagian tulisan di kompasiana merupakan tulisan yang sebelumnya terbit di blog pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kusut

14 September 2016   16:08 Diperbarui: 14 September 2016   16:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kayaknyadia juga menyukaiku. Aku sudah mengajaknya kenalan di perpustakaan dan sudahdua kali aku mengajaknya jalan. Tak pernah ia menolak." Damar berucapdengan yakin. "Memang suka atau sekedar kagum? karena pria pendiam danpintar sepertimu tentu membuat penasaran para wanita." ejek Rian sambiltersenyum sinis. "Yang jelas tentu aku akan mengungkapkannya. Menungguwaktu yang tepat. Oh iya, dia itu adik kelas kita Rian. Anak kelas 2.2."Damar menjelaskan. "Jangan-jangan Hanum ya Mar? Juara pararel kelas satudulu?", Rian penasaran dan kaget. Damar hanya mengangguk. "Ya AllohMar. Dia itu pinter dan cantik. Siapa sih yang ga tahu. Kamu tahu ga gosipnyasudah ada tujuh siswa yang ditolaknya mentah-mentah" Rian bangkit dariposisinya dan berganti duduk sambil menunjukkan ketujuh jarinya sebagai tandapenegasan. Damar semakin merasa heran dengan dirinya sendiri. Jadi selama inigadis berwajah kaca itu sudah menjadi idola seantero sekolah. Mengapa ia tidaktahu. Atau memang tidak mau tahu. Dan di saat-saat menjelang berakhirnya masasekolah mengapa ia baru merasa mengenal gadis itu. "Aku semakin bimbangYan. Di saat aku harus fokus mengapa juga perasaan ini datang." Damarmendesah. "Yah Sebaiknya kamu fokus dulu saja. Nanti ketika setelahkelulusan kamu bisa mengutarakan perasaanmu." Rian memberi saran."Apa itu tidak egois Rian. Apa artinya nanti ketika aku sudah lulus truskita harus berpisah. Apa itu tidak kejam?", 

Damar balik bertanya."Terus sekarang kamu mau nembak dia. Lalu kalian pacaran. Itu kalaucintamu tak bertepuk sebelah tangan. Terus kamu lupa dengan apa yang sudah kamucita-citakan selama ini. Fokus Mar. Fokus. Jika nanti kamu gagal kamu maumenyalahkan keadaan. Menurutku Mar, hidup itu harus memilih. Dan perasaan sukaitu tidak berarti harus pacaran. Kamu tahu kan bagaimana perasaanku padaMentari? Dari kelas dua aku mencintainya. Bahkan sampai sekarang kita takpernah pacaran meski perasaan kita sama. Kita sama-sama tahu posisi kita masing-masing.Aku sendiri ingin membuktikan pada Pak Sudi, Ayahnya Mentari bahwa aku tuh bisamenjadi seseorang yang berguna." Rian mengakhiri ceramahnya. Damarberpikir keras. Wajah Bapak dan Ibu bergantian melintas di angannya. Ia tidakingin kalah oleh perasaan cintanya. Ia ingin membuktikan juga pada Hanum bahwaia pantas mendapatkan hatinya. Ia mengakhiri percakapan itu dengan perasaanbimbang.

Matahari semakin terik. Hamparanpasir makin terasa hangat. Keempat sahabat karib itu memutuskan untuk menyudahiperjalanan mereka. Merekapun balik kerumah Hasan untuk mempersiapakan  lutisan seperti yang telah mereka rencanakansedari pagi. Di Dapur rupanya Bu Marni, Ibunya Hasan telah menyiapkan sayurasem, sambel terasi dan ikan asin untuk makan siang mereka. Hasanpun mengajaksahabat2nya itu menghabiskan hidangan yang telah di sediakan oleh Ibunya. Sementaraitu matahari telah benar-benar pada titik tertinggi. Adzan Dhuhur pun bergema.Sehabis makan siang keempat sahabat itu menunaikan sholat secara berjama'ah diMasjid pondok dekat rumah Hasan. Setelah selesai, kemudian mereka kembali lagike rumah Hasan. Sambil menunggu berkurangnya terik sang mentari yang menyinaribumi, mereka melanjutkan obrolan mereka. Hari ini adalah hari terakhir liburcawu mereka. Esok senin mereka harus berjibaku lagi dengan mata pelajaran-matapelajaran yang bakal di ujikan kurang lebih tujuh bulan lagi. 

Jam sudah menunjukkan pukul duasiang. Damar, Rian juga Hartono berpamitan kepada Hasan dan Ibunya. Liburanmereka usai sudah. Mereka akan kembali kepada rutinitas masing-masing. Begitupula dengan Damar. Ia kayuh sepeda jengkinya selama satu jam untuk sampai kerumahnya. Tak dijumpainya Bapak dan Ibu. "Pasti sedang di kebun",pikirnya. Segera saja ia tuntaskan semua pekerjaan rumah dari mulai menyapu,mencuci piring hinggga memasak. Tentu Ibu akan senang sekali ketika pulang darikebun semuanya sudah rapi. Setelah selesai ia mengambil wudhu untuk SholatAshar. 

Minggu malam sebentar lagi selalu ditunggu-tunggu oleh Damar. Apalagi kalau bukan karena tayangan Lega Calcio diRCTI. Sebagai seorang Romanisti, Damar amat yakin Pasukan Roma yang di pimpinSang Pangeran Francesco Totti dan juga bomber maut Gabriel "Omar"Batistuta bakal sanggup berjaya menjadi kampiun sebagaimana misi mustahil yangmenjadi nyata yang telah dilakukan oleh tetangga sekaligus rival mereka Laziopada musim lalu. Ia juga yakin dengan ramuan Allenatore eks AC Milan merekayaitu Fabio Capello yang terbukti membuat permainan sang Serigala Ibukotabegitu impresif sejak awal musim. Ia tak sabar menunggu jam 8 malam saat kickoff dimulai. Menonton bola adalah hiburan baginya ketika beban pelajaran dancapek di kebun terasa melelahkan.

Senin pagi tak menghadirkan mendungsama sekali. Cerah dan terang benderang menyambut hari pertama sekolah di CawuII. Hilir mudik sepeda, angkot dan beberapa bus antar kota meningkat di pagihari menuju beberapa sekolah di kecamatan. Rian mengayuh sepedanya sepanjang 3km menuju sekolah. Ia sandarkan sepedanya di depan sekali agar tak jauh ketika nantipulang. Ia pun masuk kelas dan duduk di kursi tempat ia biasa duduk. Iamelamunkan peristiwa hari minggu kemarin. Ia masih tak percaya dengan pengakuan Damar, teman karibnya. Teman yang dilihatnyapendiam itu bisa -bisanya jatuh cinta. 

Dengan kembang sekolah lagi. Ia masihteringat akan cerita Damar tahun lalu yang begitu gigih dengan cita-citanya.Hingga harus berselisih paham dengan Pak Purnomo wali kelasnya karena tak maumasuk IPA. Sepertinya aneh saja, seorang siswa pandai di sekolah dan tak pernahdekat dengan seorang murid perempuanpun bisa jatuh cinta di saat-saat terakhir.Ada kekhawatiran dalam dirinya. Biasanya pria yang baru pertama jatuh hati lalukecewa akan terlalu lama larut dalam penderitaan jika cintanya tertolak.Apalagi ia tak yakin akan nasib sahabat karibnya itu di saat berita tentangpenolakan Hanum kepada setiap lelaki yang mendekatinya menjadi ceritadimana-mana. Ia takut Damar akan jatuh. Jatuh di saat pendakiannya hampirmencapai puncak. Tak bisa menjadikan pedihnya rasa sakit karena cinta sebagaicambuk untuk memperbaiki hidup. Ia tersadar dari lamunannya ketika seoranglelaki berperawakan sedang menepuk bahunya sambil berkata, "Hai. Gimanaliburanmu?". Lelaki itu adalah Danu. Teman sekelas Rian. Rian takmenjawab. 

Ia hanya tersenyum kecil. "Aku mau nanya sesuatu sama kamu."kata Danu sambil duduk di kursi samping Rian. Sekali lagi Rian hanya tersenyum.Meski pada akhirnya ia berucap, "Lagian baru aja dateng udah tanya-tanya.Emangnya kamu mau nanya apa?", Rian balik bertanya. "Tentangperempuan. Bagaimana kita bisa tahu kalau pacar kita itu benar-benar mencintaikita atau tidak?", tanya Danu. Rian tak langsung menjawab. Ia tak habispikir. Di saat-saat menjelang ujian mengapa teman-teman dekatnya malah sibukdengan perempuan. "Siapa yang kamu maksud sebagai pacar kamu ituDan?", Rian penasaran. "Ok. Aku mau cerita. Tapi kamu adalah orangpertama di sekolah ini yang tahu dari aku. Dan aku harap kamu menyimpan rahasiaini. Kamu tahu kan Hanum? Kita udah jadian sejak dua bulan lalu. Tapisepertinya dia pengin nge-backstreet hubungan kita. Ia tak ingin orang banyaktahu kecuali orang-orang terdekatnya. Kalau memang sayang kenapa mestidiam-diam. Apa Dia tak benar-benar mencintaiku saat menerimaku sebagai pacarYan?", Danu bertanya pada Rian. Rian terperanjat. Ia mencoba menutupiketerkejutannya. Semua seperti sebuah kebetulan saja.  Dua sahabatnya terlibat partarungan asmara dalamlorong gelap tak bercahaya. Tak tahu lawan dan tak tahu kawan. Otaknya berpikirkeras. Danu jadian dengan Hanum dua bulan lalu. Mereka tak mau banyak orangtahu mengenai hubungan mereka. Damar mendekati Hanum. Damar yakin akan cintanyapada Hanum yang tak bertepuk sebelah tangan. Bahkan mereka telah pergi bersamalebih dari dua kali. Rasanya Ia ingin langsung menanyakan kepada Hanum. 

SayangnyaHanum tak mengenalinya. Atau mungkin tak peduli juga. Apa sekedar berkenalandengan Damar dan pergi bersama itu sudah berselingkuh. Lantas mengapa Danumenceritakan hubungan senyapnya dengan Hanum kepadanya. Pasti ada yangdipikirkan oleh Danu. Danu menepuk pundak Rian untuk kedua kalinya. "Koqkamu malah melamun? tanyanya. Rian terkaget. Ia berpura-pura berpikir."Kamu ga yakin Dan dengan hubungan kalian?", tanya Rian."Bukannya ga yakin. cuma seperti ada yang aneh saja. Kamu ingat waktu kitamakan bakso di warung Pak kumis sehabis kita juara classmeeting. Pas ketemutemen kamu yang anak IPS itu. Sebenernya waktu itu aku udah janjian sama Hanumuntuk makan bakso bareng. Tapi setelah pertandingan selesai ku cari Iadikelasnya tak kujumpai sama sekali. 

Makanya aku mau mengikuti ajakan kalianuntuk makan bakso bareng. Esoknya ia minta maaf karena udah lupa denganjanjinya. Katanya ia kelelahan dan langsung pulang karena kalah bertanding.Cuma aku agak curiga saja. Baru dua bulan kita jalan masa janji seperti itu sajalupa." jawab Danu. "Sebaiknya kamu tanyakan saja pada Hanum. Mungkinitu cuma perasaanmu saja. "Singkat Rian memcoba memberikan solusi ataskebimbangan Danu.

Bel tanda masuk menghentikan obrolanmereka. Jam pertama adalah pelajaran PAI. Rian masih kepikiran dengan kejadiankemarin juga percakapan barusan yang sepertinya berhubungan. Kekhawatirannyakepada Damar bertambah lagi. Bagaimana perasaan Damar nanti kalau tahu ternyataHanum telah bersama dengan Danu sejak dua bulan yang lalu. Atau perasaan Danujika ia tahu Hanum telah dekat dengan Damar. Atau malah berpacaran. Apakah itubukannya pengkhianatan? Ia semakin serba salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun