Mohon tunggu...
Engkos Kosasih
Engkos Kosasih Mohon Tunggu... Operator - 100 komentar, bisa yuk

Menulis tidak hanya bekerja untuk keabadian, menulis juga bekerja untuk perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Pendidikan Formal Tidak Lagi Menjadi Harapan

27 Agustus 2024   19:27 Diperbarui: 27 Agustus 2024   20:00 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam membangun sebuah bangsa. Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Hal ini merupakan harapan kita bersama, termasuk guru dan orang tua.

Namun kenyataannya banyak ditemukan aspek-aspek yang membuat pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, termasuk sarana dan prasarana penunjang keberhasilan pendidikan.

Salah satu sarana terpenting dalam menunjang proses pendidikan adalah bahan ajar, atau buku teks. Buku teks seharusnya menjadi sarana terpenting bagi siswa dalam menyerap dan mengolah ilmu pengetahuan, nyatanya buku teks yang diterbitkan oleh pemerintah menuai polemik di masyarakat.

Saya ambil contoh komentar di salah satu media sosial, setidaknya ada ribuan komentar masyarakat terkait buku teks siswa. Mereka mengomentari sebuah video yang diunggah oleh akun e_kosasih di salah satu platform media sosial dengan judul "Buku Teks Yang Membodohi Siswa". Dalam waktu 6 hari video ini telah ditonton oleh lebih dari 1,2 juta pengguna, 118,5 ribu like, dan 6.602 komentar. 

Berikut diantara komentar-komentarnya:

" Bapak baru lihat skrg kami para guru mau gak mau ya ngajar sesuai kurikulum yg berlaku, jujur skrg ini ngajar anak susah krna kemampuan anak di bawah rata2 sementara pelajaran semakin tinggi" (febr****) 

"Betul pak materinya lompat2, dan kadang gak sesuai usianya, makanya pas di rumah saya ajarkan anak dari mulai yg mudah ke yg susah, apalagi buku pendamping tulisannya rapat dan kecil" (riyan*****)

"Saya skrg bingung saat mendampingi anak belajar, polanya rancu dan membingungkan, alurnya tdk sesederhana dulu thn 80-an, dulu kakak bisa ngajarin adiknya, karena kurikulumnya sama karena alurnya terpahami, klo skrg setiap angkatan rasanya tdk bisa saling berbagi ilmu. Makanya saya tdk memaksa anak utk sesuai standar secara nilai, saya hanya mendorong dia utk bertahan dan menyerap ilmu saja semoga berguna utk hidupnya kelak" (WI****)

"Saya guru les privat, mengajarkan tematik itu gak nyambung satu bab dg bab yg lainnya, sy mengamati pak tapi gak bisa protes" (nurfa*****)

"Bener bgtttt, aku sbg guru, malah bikin modul sendiri, buku dr pemerintah sayang gak kepake, padahal biaya cetak pasti ngeluarin byk anggaran" (Aisyah*****)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun