Mohon tunggu...
Engkos Kosasih
Engkos Kosasih Mohon Tunggu... Operator - Operator Forklift PT. Lion Superindo

Menulis tidak hanya bekerja untuk keabadian, menulis juga bekerja untuk perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memperingati Hari Kemerdekaan, Apa yang Harus Kita Lakukan

20 Agustus 2024   06:20 Diperbarui: 20 Agustus 2024   07:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Liputan6.com

Buku biografi Pangeran Diponegoro ini ditulis oleh Prof. Dr. Peter Carey berdasarkan disertasinya. Disertasi yang berjudul "Pangeran Dipanegara and the making of Java war" terdiri dari dua jilid, jilid pertama membahas tentang sejarah Yogya antara tahun 1792 hingga 1825, dan jilid kedua berupa teks serta terjemahan dari Babad Dipanegara versi Surakarta.

Ketiga, tetralogi pulau buru. 

Buku yang menggambarkan kondisi Indonesia di awal tahun 1900an ini terdiri dari 4 jilid, yaitu: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Buku ini luar biasa, tiap jilidnya menggambarkan situasi dan kondisi yang berbeda serta fokus yang ditampilkan pun berbeda. Selain menggambarkan keadaan sosial-budaya serta situasi politik pada masa kolonial Belanda, buku ini pun menyajikan konflik batin tokoh-tokoh yang ada di dalamnya, hubungan asmara, rumitnya hubungan anak dan orang tua serta ada pula intrik politik/kekuasaan yang berlaku di zaman itu. 

Keempat, Hindia Belanda 1930

Buku yang ditulis oleh Dr. J. Stroomberg ini memaparkan informasi-informasi yang berharga seputar Hindia Belanda di sekitar tahun 1930 dan tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari flora-fauna, pertanian, pengolahan hutan, tambang, pendidikan, kesehatan, pelayaran, sejarah, bank, hukum perdagangan hingga transfortasi publik.

Buku ini memberikan sebuah peta, bagaimana cara penjajah Belanda bekerja, campur tangan pemerintah Belanda dalam berbagai bidang kehidupan serta peranan ekonomi dan kekuatan kepulauan Hindia Belanda di masanya.

Kelima, Burung-Burung Manyar.

Novel ini banyak membahas tentang situasi politik masa kolonial Belanda, Jepang serta pasca kemerdekaan. Sehingga berdasarkan tahunnya, novel ini terbagi ke dalam tiga bagian: pertama tahun 1934-1944, bagian kedua tahun 1945-1950, dan bagian ketiga tahun 1968-1978. 

Burung-Burung Manyar bisa dikatakan sebagai roman sejarah, karena di dalamnya berisi peristiwa yang ada kaitannya dengan sejarah secara konkret dan faktual; yakni perjuangan bersenjata dan diplomasi dan bahkan nama-nama tokohnya pun merupakan tokoh-tokoh sejarah.

Itulah beberapa buku yang menggambarkan situasi bangsa Indonesia ketika dikuasai oleh penjajah Belanda. Dari membaca buku-buku tersebut kita akan mengerti akan arti sebuah perjuangan dalam mencapai kemerdekaan dan bisa memaknai serta mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya.

Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, merupakan hasil perjuangan panjang para pendahulu kita, warisan berharga nenek moyang kita yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. 

Memaknai kemerdekaan berarti mengenang jasa-jasa mereka, mensyukurinya, dan kemudian mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif yang akan menjadi warisan untuk generasi berikutnya.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memaknai kemerdekaan ini, dan yang bisa dilakukan oleh semua orang adalah menjadi contoh baik atau teladan; teladan bagi anak-anak kita, teladan bagi murid-murid kita serta teladan bagi lingkungan sekitar.

Semoga kita bisa memaknai dan mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya, dan bisa menjadi teladan yang menginspirasi bagi semua orang di sekitar kita.

Terima kasih sudah membaca.

Merdeka! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun