Mohon tunggu...
Engkos Kosasih
Engkos Kosasih Mohon Tunggu... Operator - 100 komentar, bisa yuk

Menulis tidak hanya bekerja untuk keabadian, menulis juga bekerja untuk perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Ketinggalan Kereta, Ini yang Saya Lakukan Agar Bisa Sampai Tujuan

1 Agustus 2024   05:30 Diperbarui: 4 Agustus 2024   20:04 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anda mengalami ketinggalan kereta?

Bagi saya ketinggalan kereta bukan lagi perasaan nyesel yang luar biasa, tapi lebih ke mengutuk diri sendiri, betapa bodohnya aku. Selain itu, luar biasa pula paniknya, sebab saya ketinggalan kereta di kampung orang, di stasiun yang jauh dari kota asal dan masih jauh ke tempat tujuan. Ditambah lagi besok harus masuk kerja jam 07:00 pagi.

Saya ketinggalan kereta tepat di Stasiun Semarang Poncol, Stasiun transit, perjalanan saya sebenarnya adalah Solo-Cikarang, namun karena beberapa hal saya memilih mode Connecting Train, transit di Semarang.

Perjalanan saya dimulai dari Stasiun Solo Balapan menuju Stasiun Semarang Tawang. Kereta Api Banyu Biru adalah pilihan yang tepat, selain murah kereta ini pun sangat nyaman. 

Harga tiket untuk kelas ekonomi Rp 40.000 dan Rp 80.000 untuk kelas eksekutif. Sangat murah dibandingkan dengan KA Joglosemarkerto yang harga tiketnya Rp 100.000 untuk kelas ekonomi dan Rp 150.000 untuk kelas eksekutif. Kursi ekonominya pun sangat nyaman, karena kini KA Banyu Biru sudah menggunakan jenis kursi New Generation versi modifikasi, yang sebelumnya menggunakan kursi ekonomi kemenhub, kursi tegak berhadapan.

KA Banyu Biru yang saya tumpangi pada tanggal 23 Juli 2024 kemarin berangkat dari Stasiun Solo Balapan tepat pukul 10:40 dan tiba di Stasiun Semarang Tawang pada pukul 12:42. Perjalanan terasa aman dan nyaman, gerbong saya yaitu kereta ekonomi 2 hanya terisi sekitar 70 % penumpang saja.

Tiba di Stasiun Semarang Tawang tepat pukul 12:42, di benak saya masih ada jeda satu jam untuk melanjutkan perjalanan menggunakan Kereta Api Tawang Jaya dari Stasiun Semarang Poncol.

Biasanya ketika keluar dari pintu Stasiun sudah disambut tukang ojek, namun kali ini saya tidak mendapati mereka yang biasanya menawarkan jasa ojeknya.

Saya pun terpaksa berjalan ke arah barat menuju kerumunan tukang ojek yang biasanya mangkal.

Saya teringat bahwa di tas ransel ada nasi serta lauk pauk yang sengaja dibawa untuk bekal perjalanan. Di bawah pohon yang sejuk saya pun berhenti dan mengeluarkan isi tas lalu saya makan siang seadanya di sana.

Tiba-tiba seorang pria mungkin umurnya hampir 60an menghampiri dan bertanya banyak tentang saya. Awalnya saya ragu untuk berbicara dengannya, tapi kemudian saya merasa tidak ada hal-hal yang mencurigakan dari gelagat dan pembicaraannya.

Lalu saya pun menawarkannya makan karena kebetulan saya membawa dua nasi bungkus beserta lauknya.

Ia pun senang dan makan dengan lahap.

Setelah makan saya pun pamit dan melanjutkan perjalanan. Saya mencoba pesan ojek online, selang beberapa menit ada yang merespon, namun jarak ia dengan saya terlalu jauh, akhirnya pesanan ojek pun saya batalkan. 

Tidak lama berselang, datanglah bapak-bapak umurnya mungkin lebih dari 60 tahun dengan penampilan khas tukang ojek, saya pun bertanya: "ngojek ga pak?".

"Ayo, kemana?". Jawabnya

"Semarang Poncol pak". Jawabku.

Tanpa menanyakan harga (itu kesalahan besar sebenarnya) saya pun langsung bersiap mengemasi barang-barang, duduk di belakang menuju Stasiun Semarang Poncol. 

Perjalanan aman dan tanpa ada halangan. Tiba di pintu masuk Stasiun saya langsung bergegas menuju Boarding Pass. 

Sampai di Boarding Pass saya langsung mengeluarkan handphone dan menunjukkan tiket yang ada di KAI Access. Alangkah terkejutnya ketika petugas disana menyampaikan bahwa kereta tersebut (Tawang Jaya) sudah berangkat 10 menit yang lalu. Saya bingung, panik dan gak tau harus berbuat apa. 

Di depan, saya melihat ada kereta yang sedang terparkir menunggu jam keberangkatannya. Penasaran saya pun bertanya: "Itu kereta apa pak, tujuan ke mana?".

"Kaligung pak, tujuan akhir Stasiun Tegal", jawab petugas sambil menunjuk ke arah kereta.

"Berangkat jam berapa pak?", tanya saya lagi.

"Sebentar lagi pak, jam 13:50", jawabnya sambil melihat jam tangannya.

Mendengar jawaban petugas tersebut, saya langsung bergegas keluar area Boarding dan mencari loket pembelian tiket, ternyata saya tidak menemukannya. Lalu saya tanya petugas jaga dan jawabnya: "Di sana pak, samping ATM".

Ternyata loket pembelian tiketnya cukup jauh dari area pintu keberangkatan penumpang. Ada di pojok sebelah kanan, disamping gerai ATM.

Saya tidak bisa berpikir banyak, yang harus saya lakukan adalah bisa tiba di Stasiun Tegal, setelah itu dipikirkan kemudian untuk menuju Cikarang.

Saya berlari menuju loket pembelian tiket, tanpa pikir panjang saya langsung pesan tiket KA Kaligung dengan tujuan Stasiun Tegal, saya berharap dapat Tarif Khusus yang biasanya tersedia 2 jam sebelum keberangkatan kereta, tapi ternyata harga tiketnya lumayan mahal untuk rute Semarang-Tegal, Rp 110.000. Seingat saya itu adalah harga Tarif Khusus Semarang-Cirebon.

Waktu terus bergerak, 2 menit kemudian tiket Kaligung saya dapatkan, dengan tergesa-gesa saya berlari kembali menuju area Boarding Pass. Boarding Check selesai dan saya bergegas masuk ke dalam kereta serta memilih kursi yang sesuai dengan yang tertera di tiket.

Sekitar 5 menit kemudian kereta berangkat dan baru kali ini saya tidak bisa menikmati perjalanan. Rasa gundah, panik, kecewa dan mengutuk diri sendiri atas kebodohan ini menjadi satu.

Harusnya tadi ketika keluar Stasiun Semarang Tawang langsung saja saya pesan ojek seperti waktu lalu, kenapa tadi saya malah makan di sana hingga menghabiskan waktu.

Kok bisa bisanya saya teledor tidak melihat kembali jam keberangkatan KA Tawang Jaya. Padahal Tawang Jaya berangkat pukul 13:20, saya kok malah asik makan siang dan ngobrol dengan orang yang baru dikenal. 

Kenapa lagi saya tidak berpikir ulang untuk mencari alternatif lain agar sampai ke Cikarang, saya malah naik KA Kaligung yang mahal ini, padahal hanya sampai Tegal. Entah uang di dompet tinggal berapa sedangkan besok jam 7 pagi harus sudah ada di tempat kerja.

Daripada saya larut dalam kekecewaan dan mengutuk diri sendiri, lebih baik sekarang tentukan, dari Stasiun Tegal untuk sampai ke Cikarang naik apa?. Itu kira-kira suara batin saya.

Perjalanan 2 jam di KA Kaligung saya habiskan untuk berpikir, dari Tegal ke Cikarang naik apa.

Untuk naik kereta sepertinya tidak mungkin, sebab KA Airlangga yang merupakan harapan satu-satunya dengan rute Tegal-Cikarang seluruh tiketnya telah habis terjual. Saya berpikir untuk naik bus, lalu menghitung sisa uang di dompet, ternyata hanya tersisa Rp 105.000. Apakah cukup untuk tiket bus Tegal-Cikarang?. Sepertinya tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan dari Tegal ke Cikarang dengan naik bus, sebab harga tiket bus Cirebon-Cikarang saja sekitar Rp 95.000, harga tiket bus Tegal-Cikarang tentu akan lebih mahal.

Saya mencoba untuk melihat kembali aplikasi KAI Access, berharap ada keajaiban, berharap ada satu saja kursi kosong di KA Airlangga rute Tegal-Cikarang. Namun hasilnya nihil. Bahkan setiap 10 menit saya coba namun hasilnya tetap, tiket masih belum tersedia.

Di tengah kegamangan tersebut tiba-tiba muncul ide, rutenya saya pangkas. Saya mencoba dengan rute Tegal-Pagaden Baru, ternyata tersedia 10 kursi, namun untuk rute Pagaden Baru-Cikarang, habis. Ketika mencoba rute Pagaden Baru-Cikampek tersedia 2 kursi, dan rute Cikampek-Cikarang tersedia 20 kursi kosong.

Aha, batinku. Namun masa ia sih harus membeli 3 tiket untuk satu kali perjalanan dengan kereta yang sama?

Saya pun berpikir ulang dan mencoba dengan rute yang berbeda. Saya coba rute Tegal-Cirebon, ternyata tersisa 8 kursi di KA Airlangga, dan rute Cirebon-Cikarang ada 1 kursi kosong pada kereta yang sama. Sepertinya ini solusi terbaik. Tanpa pikir panjang saya pun langsung memesan kedua tiket tersebut.

KA Airlangga dengan rute Tegal-Cirebon, saya mendapat tiket dengan gerbong ekonomi 4 kursi 13B, dan untuk rute Cirebon-Cikarang masih di gerbong yang sama dengan nomor kursi 22E. Tiket sudah saya dapatkan dan sebentar lagi tiba di Stasiun Tegal.

sumber gambar: ss dokpri
sumber gambar: ss dokpri

sumber gambar: ss dokpri
sumber gambar: ss dokpri

KA Kaligung yang membawa saya dari Stasiun Semarang Poncol tiba di Stasiun Tegal tepat pukul 16:04. Keluar dari kereta saya langsung menuju ruang tunggu penumpang di Stasiun Tegal dan bisa bernafas dengan lega.

Perjalanan selanjutnya saya menunggu KA Airlangga yang akan tiba di Stasiun Tegal sekitar pukul 17:36, masih banyak waktu bagi saya untuk bisa menenangkan diri dan bisa menunaikan Shalat Ashar di mushola yang terdapat di Stasiun Tegal.

KA Airlangga pun tiba dan ternyata banyak sekali penumpang yang naik dan turun di Stasiun ini. Saya pun bergegas masuk ke gerbong ekonomi 4 setelah terlebih dahulu menanti beberapa penumpang yang akan keluar dan turun dari gerbong ini. 

Setelah semua penumpang masuk, KA Airlangga pun perlahan bergerak dengan terlebih dahulu terdengar bunyi siulan panjang khas kondektur yang menandakan bahwa kereta siap diberangkatkan. 

Berbeda dengan kereta-kereta yang lain, KA Airlangga hampir di setiap stasiun berhenti, banyak penumpang yang naik dan turun dari kereta sehingga suasana di dalam kereta terasa ramai.

KA Airlangga mengalami keterlambatan ketika memasuki Stasiun Cirebon Prujakan sehingga saya tidak bisa menikmati suasana di Stasiun tersebut. Banyak penumpang yang keluar kereta dan baru saja menyalakan rokok sebentar, tiba-tiba ada informasi bahwa KA Airlangga akan diberangkatkan kembali, sontak mereka pun segera mematikan rokok dan bergegas kembali masuk ke dalam gerbong kereta. 

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa saya memiliki 2 tiket KA Airlangga, tiket pertama dengan rute Tegal-Cirebon, dan tiket kedua Cirebon-Cikarang. Ketika sampai di Stasiun Cirebon saya pun harus berpindah tempat duduk, semula saya mendapat kursi 13B kini harus berpindah ke nomor kursi 22E pada gerbong kereta yang sama, yaitu ekonomi 4.

Saya tidak ingin terjadi keributan dengan penumpang lain yang disebabkan saya menempati kursi yang bukan hak saya.

Alhamdulillah perjalanan pun lancar, aman dan nyaman. Kereta tiba di Stasiun Cikarang sesuai jadwal yaitu pukul 21:54 WIB.

Itulah cerita perjalanan saya yang menegangkan sekaligus memalukan karena kebodohan saya sendiri. Butuh waktu bagi saya untuk bisa berdamai dengan diri sendiri agar cerita perjalanan ini bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.

Semoga pengalaman ini adalah yang pertama dan terakhir bagi saya dan semoga pembaca bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.

Satu pelajaran penting bagi saya adalah jangan sampai hal-hal apapun memalingkan fokus kita akan tujuan yang sebenarnya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini.

Salam sehat dan sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun