Setelah terjadinya perang Salib, Eropa kemudian mengembangkan proses pembuatan parfum yang mereka dapatkan dari kebudayaan Islam pada waktu itu.
Mengapa Umat Islam yang pertama kali mengembangkan proses pembuatan parfum?
Parfum atau wewangian lekat sekali dengan budaya Islam. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai wewangian. Meskipun setiap jengkal tubuhnya bahkan keringat beliau wangi, beliau tetap memakai wewangian, dan menganjurkan umatnya untuk selalu bersih dan memakai wewangian.
Umat Islam dianjurkan untuk memakai parfum ketika hendak beribadah, bahkan sunnah hukumnya untuk mandi, menggosok gigi dan memakai parfum ketika hendak pergi ke Masjid untuk menunaikan shalat Jum'at.
Kecuali bagi perempuan, hanya boleh memakai parfum demi untuk suaminya.
Dengan memandang bahwa memakai wewangian adalah sunnah nabi, maka tidak heran jika industri parfum berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam sekitar abad ke-8 sampai 12 M. Saat ini kita bisa menyaksikan gerai-gerai yang menjual perlengkapan ibadah Umat Islam selalu terpajang aneka jenis parfum dengan wangi yang berbeda.
Parfum dan Etika Sosial Umat Islam
Anjuran menggunakan parfum bagi Umat Islam tidak hanya untuk kepentingan ibadah semata, bahkan lebih dari itu. Islam sangat menghargai dan menghormati orang lain. Sunnahnya memakai parfum ketika hendak pergi shalat Jum'at, mengisyaratkan bahwa Umat Islam harus menjaga perasaan orang lain; jangan sampai bau badan kita mengganggu penciuman orang lain di sekitar kita.
Tidak hanya sunnah menjaga penciuman orang lain dengan menggunakan parfum, Islam juga melarang mengganggu penciuman orang lain dengan bau mulut atau bau badan kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang umatnya memakan makanan yang menimbulkan bau mulut, atau bau badan ketika hendak beribadah.
Contoh makanan yang bisa menimbulkan bau diantaranya: bawang, daun bawang, pete, jengkol dan lain sebagainya yang bisa mengganggu orang lain ketika beribadah.
Kedua hal di atas (memakai parfum dan tidak memakan makanan yang menimbulkan bau) merupakan prinsip dasar dalam beragama dan dalam kehidupan sosial.Â
Jika prinsip ini (menjaga penciuman orang lain) diaplikasikan pada pergaulan sehari-hari, maka alangkah indahnya kehidupan ini.