Iran yang mampu menembus pertahanan Iron Dome Israel. Dalam serangan ini, Iran menghadiahi Israel dengan sekitar 200 rudal hypersonik al-Fattah ke sejumlah wilayah di Tel Aviv. Serangan yang dikatakan oleh Presiden Iran ini sebagai "respon tegas" Iran telah menerangi langit Tel Aviv seperti tengah terjadi pesta kembang api di malam itu.
Selasa malam (01/10) kita dikejutkan dengan seranganSerangan tersebut oleh sebagian pengamat dapat dipahami bahwa Iran memang telah habis kesabarannya lantaran serangan yang telah dilakukan Israel secara bertubi-tubi. Pertema serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus pada 1 April lalu yang menewaskan delapan pasukan Garda Revolusi Iran, kemudian serangan di Teheran yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh akhir Juli (31/07), serta serangan di Beirut yang menewaskan Hassan Nasrallah Sekjen ketiga Hizbullah Lebanon, kepanjangan tangan Iran di Lebanon pada akhir September (27/09).
Atas serangan tersebut, Netanyahu mengatakan bahwa Iran akan mendapatkan konsekuensi balasan dari Israel dalam waktu segera. Namun hingga saat ini, Israel tidak, atau belum merespons apapun. Pengamat menilai hal tersebut karena AS yang menjadi supporter terbesar Israel belum secara konkret merestui serangan balik Israel. Meskipun Biden telah menjanjikan dukungan sepenuhnya bagi Israel, namun ia belum menjabarkan langkah konkret apa yang akan diambilnya.
Dalam konteks geopolitik global, kita memahami bahwa AS akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Biden tentunya lebih paham bahwa sekecil apapun keputusan AS terhadap perang Iran-Israel tentu dapat menimbulkan peningkatan eskalasi konfllik yang pada ujung-ujungnya, dan dalam waktu yang tidak lama, akan memukul balik stabilitas perekonomian AS, apalagi saat ini AS tengah  bersiap-siap mengadakan Pilpres pada awal November mendatang.Â
Kenaikan harga barang dan sentimen buruk akibat eskalasi bisa saja melekat pada Pemerintahan Biden di akhir masa jabatannya, sebuah kondisi yang sangat dihindari Biden, khususnya pada masa Pilpres, terlebih dengan majunya Kamala Harris, Wapres Biden sebagai Capres mendatang.
Lalu bagaimana jika Israel membalas serangan Iran? Perang berjilid-jilid sangat mungkin dapat terjadi, dan jika memang harus terjadi, instabilitas politik dan ekonomi di kawasan tidak dapat terhindarkan lagi. Apalagi Jumat kemarin (04/10), Pemimpin tertinggi Iran Khamenei dalam Khutbah Jumatnya mengatakan bahwa Serangan Teheran terhadap Tel Aviv merupakan balasan "paling ringan bagi rezim Zionis" ini.Â
Nampaknya tidak berlebihan jika kita berharap agar AS tidak perlu menuruti ambisi Israel untuk menjerumuskannya dalam konflik lebih jauh, sebab, selain akan menghadapi Pilpres, AS juga memiliki isu sendiri yang tak kalah pentingnya bagi kemashlahatan mereka yaitu trade war dengan Tiongkok dan perang kekuatan dengan Rusia.
Namun demikian, jika situasi terus memburuk, apalagi menyebabkan terjerumusnya Timur tengah dalam perang regional, bukan hal yang mustahil jika Indonesia juga akan menerima dampak negatifnya baik secara langsung maupun tidak, diantaranya adalah persoalan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di wilayah yang terdampak, kenaikan harga kebutuhan dalam negeri imbas melonjaknya harga minyak dunia serta hubungan Indonesia dengan AS.Â
Meskipun hal terakhir dinilai tidak akan terlalu berdampak signifikan, namun posisi Pemerintah Indonesia akan menjadi hal penting yang dapat saja mewarnai dinamika hubungan Indonesia-AS.
Meskipun kita menduga AS dan sekutunya tidak akan turut campur secara berlebihan dalam perang tersebut sebagaimana disinggung diatas, namun juga tidak menutup kemungkinan jika AS dan sekutu juga akan ikut mengambil andil besar dalam membantu Israel secara militer atas dasar legitimasi perlawanan terhadap Iran dan Hamas.
Lalu bagaimana dampaknya apabila eskalasi ini terus meningkat? Perlindungan terhadap WNI adalah isu paling krusial jika perang regional tidak dapat dihindari. Kita sudah mendengar pernyataan dari Kementerian Luar Negeri RI mengenai kesiapan penuh Perwakilan RI dalam melakukan proses evakuasi terhadap WNI yang berada di wilayah yang ditengarai akan terkena imbas konflik.Â