Mohon tunggu...
Engki Rebon
Engki Rebon Mohon Tunggu... Guru Honor -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tuah Ibu

5 Maret 2019   17:36 Diperbarui: 5 Maret 2019   18:00 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anakku
Bila ibu pergi
Kumpulkan kepingan asa yang ibu beri
Larilah hingga retak kakimu
Teruslah berlari

Rumah kita tidak seindah dulu nak
Banyak sekali intrik yang hiasi dinding 
Bau tengik kebencian penuhi bilik
Pun lidah-lidah ketamakan siap menjilatimu

Ibu sudah lelah nak
Memikul  kegetiran yang bertahun di pundak
Sementara mata ini lelah menyaksikan tirani berkedok kapitalisme

Apakah kau tau, nak?
Hidup kita adalah nyanyian duka
Merdu di telinga tetapi mengantar kita pada lara

Biarlah mereka bernyanyi nak
Tutuplah telinga dan matamu
Karena senyum yang kau lihat dan simphoni yang kau dengar
Adalah maut yang mengintaimu sewaktu-waktu

Jangan menoleh nak
Teruslah belari
Hingga saat kau lelah
Ingatlah tuah ibu 
Niscaya kakimu kokoh hingga akhir

Ibu akan menunggumu di ujung waktu
Dengan pelukan paling syahdu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun