Permasalahan lingkungan di indonesia menjadi perhatian yang serius. Bukan lagi hanya sekedar isu melainkan sudah menjadi akar permasalahan yang besar di Indonesia. Hutan, laut, pencemaran udara telah sampai pada tahap mengkhawatirkan. Pada hakikatnya, manusia hidup berdampingan dengan alam untuk keselarasan namun bagaimana jika manusia terlalu egois atas ambisinya mengeksplorasi alam itu sendiri?
Salah satu potensi terbesar di Indonesia adalah hutan. Indonesia memiliki hamparan hutan yang luas. Dengan luas hutan Indonesia sebesar 98.072,7 juta ha hektar atau (52,2%)luas wilayah Indonesia (data : Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2013 yang dipublikasi pada bulan Juli 2014). Dengan besarnya luas hutan di Indonesia tidak heran Indonesia kaya akan flora dan faunanya. Flora dan fauna endemik yang hanya dapat ditemukan di hutan Indonesia menjadi warisan yang luar biasa. lambat laun luas hutan di Indonesia mulai menyusut. Keberadaannya mulai terancam oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan ekonomi. Eksplorasi yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Dalam situs wwf.panda.org telah diperjelas bahwa terdapat permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Selama tahun 2000 dan 2005, organisasi pangan dan pertanian PBB memperkirakan bahwa Indonesia kehilangan besar 1,87 juta ha hutan setiap 1 tahun berarti 9,36 juta ha selama periode 5 tahun. Indonesia bahkan tercatat pada Gueniess Book of Record, sebagai negara dengan laju penebangan liar tercepat, dimana 2% (atau sekitar 2 juta ha) dari total hutan keseluruhan di Indonesia menghilang setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena permintaan terhadap kayu dan minyak kelapa sangat tinggi terhadap Indonesia. Sehingga rasa haus akan peningkatan ekonomi mendorong untuk mengeksploitasi hutan secara tidak bijak. Padahal hutan merupakan tonggak penghasil oksigen dan sebagai habitat flora dan fauna.
Hal tersebut akan menyebabkan dampak lainnya yang mengganggu keseimbangam alam. Diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan rata-rata permukaan air laut disebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Dengan demikian akan terjadi perubahan iklim global sehingga hujan dan banjir akan meningkat. Beberapa wabah penyakit akan meningkat pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Singkat kata akan terjadi pengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Aktivis greenpeace pun turut menyoroti kebijakaan pemerintah terhadap keberlangsungan alam. Dalam situs resminya, Presiden Joko Widodo akan memperpanjang moratorium (jeda tebang hutan), namun belum ada tanda signifikan untuk membahasnya. Sedikitnya 42,8 juta hektar nasib hutan Indonesia atau setara dengan tiga kali luas Pulau Jawa pun kini dipertaruhkan. Upaya reformasi pengelolaan hutan dan lahan pun terancam serja janji pemerintah Indonesia untuk menurunkan 46% emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 akan tinggal janji.
Bila terus terjadi hal tersebut maka apa yang akan terjadi dengan generasi mendatang? Akankah generasi yang akan datang masih dapat merasakan kelestarian alam? Kita sebagai generasi sekarang harus bertanggung jawab dalam menjaga kelestariam alam. Sekarang menjaga, esok akan menjaga, lusa juga menjaga, dan anak cucu kita akan terus menjaga kelestarian alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H