Mohon tunggu...
Enggar Murdiasih
Enggar Murdiasih Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Ibu Rumah Tangga

penggemar fiksi, mencoba menuliskannya dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sembilu Hati

17 Mei 2015   13:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Netta menyusut air matanya perlahan. Tangan kirinya meremas blouse di bagian dadanya sambil menyeringai. Terasa seperti ditusuk ribuan jarum yang tajam. Sakit. Menggigit. Keringat berbintik di keningnya.

Drogba bahkan tak menyadari itu. Ia duduk terpekur. Entah apa yang dipikirkannya kali ini. Dua tahun lamanya ia berhasil menyembunyikan pernikahan keduanya. Jasmine berhasil memenuhi keinginan terbesarnya, yang disimpannya rapat-rapat. Ia ingin punya keturunan. Hal yang sampai saat ini belum bisa dipenuhi oleh Netta. Hingga memasuki tahun ke sepuluh perkawinan mereka.

=====@@@@@=====

Netta meraih botol obat di sisi tempat tidurnya. Mengambilnya asal-asalan, lalu menelannya bersama bergelas-gelas air minum.

Terlambat. Drogba baru menyadari tindakan Netta setelah didapatinya perempuan itu ambruk ke lantai dengan mulut penuh busa.

Ia panik. Apalagi saat dilihatnya botol obat yang tergeletak di samping bantal. Obat tidur.

"Nett .....banguuunn. Banguuunn...... Nett .....," sedu Drogba. Diguncang-guncangnya tubuh Netta dalam pondongannya. Ia menangis histeris.

Setengah berlari ia membopong Netta ke ruang Unit Gawat Darurat. Tak dipedulikannya mobilnya yang masih menyala di depan pintu masuk pasien menghalangi kendaraan yang lain. Ia baru 'ngeh' ketika satpam yang baik itu mengulurkan kunci mobil padanya.

"Keluarga Ibu Netta ....."

Meski sigap berdiri, Drogba seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Ia menurut saja kemana arah perawat itu menuju. Ruang dokter.

"Bapak?" dokter berwajah kebapakan itu mengulurkan tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun