Mohon tunggu...
Enggar Murdiasih
Enggar Murdiasih Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Ibu Rumah Tangga

penggemar fiksi, mencoba menuliskannya dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pakaian Ex Import? Enggak La Ya....

4 April 2013   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hayyaahh…… ga usah belagu. Memangnya kita ini dari keluarga kaya, apa??” Darno mengomel panjang pendek. Sejak tadi ia sibuk membongkar tumpukan pakaian di lapak salah seorang pedagang. Bukan pakaian baru, tetapi pakaian ex import istilah kerennya. Padahal sebenarnya itu tumpukan pakaian bekas yang didatangkan dari luar negeri.

“Tapiiiii….aku malu mas. Masa memakai pakaian bekas?” Retno menukas. Mukanya ditekuk, manyun.

“Gayamu…..makan tuuh maluuu…”, jengkel dengan ulah kekasihnya, Darno meninggalkan perempuan itu di sana.

Mau tidak mau, Retno bergegas mengikuti langkah Darno yang sudah menghilang diantara lapak pedagang pakaian bekas.

Nama kerennya memang pakaian ex import. Bila sedang beruntung, kita akan mendapatkan pakaian bermerk dengan kondisi yang masih bagus dengan harga yang sangat miring. Hanya dibutuhkan pandangan mata yang jeli dan ketelitian saat memilihnya.

Berbeda dengan Retno. Perempuan itu terbiasa keluar masuk toko bila berburu pakaian.

“Apa siih enaknya mengaduk aduk tumpukan baju gitu?”, gerutunya. Meskipun bukan penggemar baju baju branded, tetapi setidaknya baju yang dibelinya adalah baju baru. Baju yang baru keluar dari pabrik atau konveksi. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya memakai baju bekas orang lain yang tak ia kenal sebelumnya. Hiii…… ia bergidik. Antara jijik, risih dan entah rasa apa lagi.

*******

Di tempat lain, Darno tengah menggandeng Jeni dengan rasa bangga yang meluap luap. Tak sia sia dia membongkar tabungan untuk memanjakan gadis yang belum genap dua minggu ini dikenalnya. Hatinya senang bukan kepalang, gadis cantik ini mau diajaknya berjalan jalan.

“Darry……” ucap Jenni manja, sambil melendot di bahu Darno. Hampir semua keinginannya dipenuhi oleh pria itu. Beberapa potong blus berenda, celana panjang dan tas tangan bermerk yang sudah lama diincarnya.

Sayang, gajinya sebagai SPG ~ sales promotion girl hanya cukup untuk membayar sewa kamar kost dan makan sehari hari. Jangankan untuk beli baju, mau menonton film saja ia mesti berhemat mati matian, ditambah dengan kerja lembur beberapa hari.

“Untunglah, Darry tidak tahu kalau kubohongi….hihihi… Anak orang kaya, orang kaya dari Hongkong?” gumamnya sambil terkikik geli.

Maka jadilah, malam itu mereka keluar masuk mall seperti laiknya orang orang berduit lainnya.

*******

Tak selamanya keburukan dan kebohongan itu bisa disembunyikan rapat rapat. Selalu ada masa dimana kita tak dapat mengelak dari kenyataan yang sebenarnya.

“Maasss…..maksudnya apa ini? Iniiiii…..” Retno melemparkan sehelai struk belanja dari toko pakaian terkenal. Wajahnya merah padam menahan amarah.

Darno gugup sekali. Ia takut kebohongannya terbongkar.

“Aaahh….itu hanya kertas. Nggak penting!!” Darno menjawab ketus. Ia justru marah ketika Retno mengetahui kebohongannya. Menurutnya, amarah perempuan itu akan mereda bila ia menanggapi pertanyaan itu dengan sikap keras. Sebenarnya itu hanyalah modus saja, biar tak ketahuan dustanya.

“Lalu ini? Apa yang akan mas katakana? Haa? Apaa??” beberapa lembar foto kemesraan Darno dan Jenni melayang di hadapannya. Wajah Darno memucat.

“Kau main gila dibelakangku mas…..teganya kau….” Retno mulaimenangis. Bahunya terguncang guncang oleh isakannya yang semakin keras.

“Kita putus mas. Putuss!!”. Retno merobek robek foto itu dihadapan Darno.

Tinggallah laki laki itu terbengong bengong sendirian.

*******

Darno tak menanggapi kemarahan Retno. Ia justru bersyukur atas keputusan yang telah diambil oleh perempuan itu.

“Masih ada Jenni. Gadis cantik, anak orang kaya….”, sungutnya.

Ia melangkah sambil bersiul siul. Setelah menyerahkan KTP pada karyawan rental mobil, ia segera meluncur ke tujuan. Biasa, menjemput Jenni.

Gadis itu sudah mengganti seragamnya dengan rok mini, tanktop bertali di leher dan blazer pendek sepinggang. Selesai menitipkan pakaian seragam dan perlengkapannya ke kost temannya di belakang mall, ia segera menuju ke café tenda seperti yang dijanjikannya.

“Eeehh …mas Darry….udah lama?” Jenni melendot di bahu Darno. Sekilas dikecupnya pipi laki laki itu, ringan.

“Kali ini kuantar sampai rumah yaa…” bujuknya.

“Addduuuhhh….jangan mas. Jangan sekarang….” Jenni gelagapan. Tak menyangka bila Darno berniat seperti itu.

Malam itu Darno gagal lagi membujuk Jenni. Ia tak menyadari niatan buruk gadis cantik yang telah memikat hatinya itu. Gadis yang mampu membuatnya lupa pada cinta Retno yang demikian besar kepadanya.

Beberapa lembar ratusan akhirnya melayang juga dari dompetnya saat Jenni mengajaknya mampir ke bakery terkenal. Gadis itu memborong beberapa kotak donat yang katanya untuk oleh oleh saudaranya yang baru datang dari kampung. Senyum memikatnya mampu meluluhkan hati Darno hingga ia tak bisa menolak keinginan gadis itu.

*******

Siang itu Retno menghabiskan waktunya dengan keluar masuk mall. Dikenakannya baju yang dibelikan Darno di lapak pakaian ex import. Modelnya trendy, sesuai dengan bentuk badannya. Sekilas, tak ada yang mengira kalau baju yang dikenakannya itu baju bekas. Baju yang pernah dikenakan entah oleh siapa dan di belahan dunia yang mana.

Darno yang sedang menggandeng Jenni memasuki restoran siap saji. Hatinya berbunga bunga karena Jenni mau diantar pulang setelah makan nanti.

“Ini enak mas. Cobain……” Jenni menyuapkan potongan ayam ke mulut Darno. Mesra sekali. Perbincangan mereka terhenti tiba tiba. Seseorang berdiri berkacak pinggang di hadapannya.

“Retno??....”. Darno gugup sekali.

“Siapa dia mas?” Jenni menukas. Dipandanginya perempuan di hadapannya dari atas ke bawah dengan penuh selidik. Bergantian ia memandangi baju yang dikenakan Retno, lalu berpindah ke bajunya sendiri. Ternyata mereka memakai baju yang persis sama. Warnanya, modelnya, jenis kainnya…….

“Maaass…..” hampir berbareng mereka memanggil Darno. Laki laki itu tertawa terbahak bahak.

“Lihat….lihaatt…. Siapa yang bisa bedakan mana pakaian ex import, mana keluaran butik terkenal? Haa?? Siapa??”.

Retno dan Jenni saling berpandangan, mereka tak mengerti.

“Aku sudah tahu belangmu Jenni. Selama ini kau selalu mengaku aku anak orang kaya. Lagakmu…..” jarinya menunjuk nunjuk Jenni. Gadis itu pun gelagapan.

“Dan kau Retno….untuk apa selalu membanggakan pakaian butik? Sama saja….lihat buktinya. Lihat kalian berdua….” Semprotnya lagi.

“Makan tuuh pakaian bermerk….” gerutunya sambil melangkah pergi, meninggalkan mereka berdua berdiri kebingungan.

~~ seputaran Jakal 31 03 2013 ~~

===%%%%%%===

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun