Hingga suatu ketika ........
"Pritta. Bisa jemput aku di bandara jam 12.00? Aku ingin mengajakmu makan siang," sebuah pesan pendek mampir di hapeku. Tumben. Ada apa ini? Tak biasanya Pritt berrahasia kepadaku seperti ini? batinku.
Tanpa pikir panjang, aku meluncur ke tempat yang disebutkan Pritt. Pak Handoyo memberiku ijin sampai jam 4 sore nanti.
"Ada apa? Kenapa mendadak pulang? Kau ditugaskan di sini lagi?" berondongku tak sabar. Pritt tertawa lebar menyambutku. Pertanyaanku yang beruntun dibiarkannya menguap di udara.
"Sabaaaarrrr," katanya lucu. Jemarinya memencet hidungku dengan gemas.
"Pritt .......," sergahku.
"Kita makan dulu, baru aku akan jelaskan semuanya," jawabnya tegas. Mau tidak mau, aku menurut saja. Diambilnya kunci mobil dari tanganku, lalu dibukakannya pintu sebelah kiri.
"Silahkan Tuan Puteri," candanya. Tubuhnya sedikit membungkuk mempersilahkanku masuk. Aku tertawa. Sempat kulihat sorot kecemasan di mata Pritt.
Kami meluncur membelah kota. Mendung yang menaungi kota di sana sini menimbulkan hawa panas yang luar biasa siang ini. Meskipun AC sudah distel pada kondisi paling dingin, tetapi udara panas di luar masih saja membuat keringat berlelehan di keningku.
Pritt meraih tissue, lalu menyeka dahi dan pipiku dengan lembut.
*******************