"Tapi mas, aku ..... aku ..... ."
"Aku tahu semuanya. Dokter yang merawatmu telah menjelaskan perihal penyakitmu kepadaku."
Nayla menggeleng kuat-kuat.
"Kita akan menjalani semua rangkaian pengobatanmu hingga berhasil sembuh. Aku janji .....," Radit mengacungkan dua jarinya membentuk V untuk Victory.
"Tapi mas .....," sekali lagi Nayla masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Sssttt..... biarlah hujan di Bulan Oktober ini menjadi saksi cinta kita Nayla. Peduli amat dengan apa kata orang ....."
"Kau yakin mas? Bukankah tak ada harapan hidup lagi untukku?" Nayla hampir menangis.
"Dokter hanya seorang manusia. Prediksinya bisa tepat bisa juga meleset. Hidup mati seseorang itu Dia yang mengatur."
"Tapiiiii ....."
"Yakinlah kalau kita bisa melaluinya. Yaaa? ...... Kau tak boleh patah semangat seperti itu. Aku Raditya Harahap, pria tua pengidap cancer yang hobi merokok akan selalu mendampingimu ..... dalam suka dan duka ..... sampai maut memisahkan."
Sikap dan ketegasan Radit sangat menyentuh perasaannya yang terdalam. Tak henti-hentinya dia mengucap syukur dalam hatinya. Masih ada pria baik yang mau menerima dirinya apa adanya.