Mohon tunggu...
Enggar Devry (43223110056)
Enggar Devry (43223110056) Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI Kampus Universitas Mercu Buana Meruya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi S1 Akuntansi. Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quiz 9- Diskursus Kejahatan pada Pemikiran Teodesi

9 November 2024   13:32 Diperbarui: 9 November 2024   13:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Diskursus tentang kejahatan telah menjadi pusat perhatian dalam berbagai tradisi filsafat, agama, dan teologi. Salah satu perspektif yang menarik dalam memandang fenomena kejahatan adalah melalui lensa teodesi, yang berupaya menjelaskan bagaimana kejahatan dan penderitaan dapat eksis di dunia yang diciptakan oleh Tuhan yang baik dan mahakuasa. Teodesi sendiri merupakan cabang filsafat teologi yang berusaha memberikan justifikasi rasional terhadap keberadaan kejahatan dan penderitaan di dunia, meskipun Tuhan dianggap maha baik dan maha kuasa.

Pemikiran teodesi berakar dari pertanyaan klasik: jika Tuhan adalah mahabaik dan mahakuasa, mengapa ada kejahatan dan penderitaan di dunia ini? Ini adalah masalah yang tidak hanya menyentuh aspek teologis tetapi juga menyelami pertanyaan etis, filosofis, dan eksistensial yang mendalam. Tulisan ini bertujuan untuk menggali diskursus kejahatan dalam konteks pemikiran teodesi, serta memberikan pemahaman tentang cara teodesi menjawab problem kejahatan dan penderitaan.

Apa itu Teodesi?

Teodesi (dari bahasa Yunani theos yang berarti Tuhan, dan dike yang berarti keadilan atau hukum) adalah usaha untuk membela keberadaan Tuhan yang baik dan mahakuasa meskipun kenyataan menunjukkan adanya kejahatan dan penderitaan di dunia ini. Pemikiran ini sering kali dikaitkan dengan upaya untuk menjelaskan apa yang dikenal sebagai problem of evil atau masalah kejahatan.

Permasalahan kejahatan dalam konteks teodesi bukan hanya mengacu pada kejahatan moral yang dilakukan oleh individu, tetapi juga mencakup kejahatan alam, seperti bencana alam, penyakit, dan penderitaan yang tampaknya tidak terhindarkan. Salah satu pertanyaan utama dalam teodesi adalah bagaimana menjelaskan bahwa Tuhan yang maha baik dan maha kuasa masih membiarkan adanya kejahatan di dunia ini. Teodesi berusaha untuk menjawab pertanyaan ini dengan berbagai pendekatan filosofis dan teologis.

Mengapa Masalah Kejahatan Penting dalam Teodesi?

Masalah kejahatan bukan hanya masalah filosofis atau teologis, tetapi juga memengaruhi kehidupan manusia secara langsung. Kejahatan dan penderitaan sering kali menyebabkan krisis iman bagi banyak orang. Bagi mereka yang percaya pada Tuhan yang maha baik dan maha kuasa, kenyataan bahwa kejahatan dan penderitaan ada di dunia ini bisa menjadi tantangan besar dalam mempertahankan iman mereka.

Teodesi penting karena menyediakan suatu kerangka untuk memahami dan mendamaikan konflik antara konsep Tuhan yang baik, mahakuasa, dan ada-nya kejahatan. Berbagai pemikiran teodesi yang telah berkembang selama berabad-abad mencakup berbagai jawaban terhadap masalah ini, mulai dari penjelasan yang berfokus pada kebebasan kehendak manusia, hingga pandangan yang melihat kejahatan sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar.

Teodesi dalam Sejarah Pemikiran

Dokpri, Prof Dr Apollo
Dokpri, Prof Dr Apollo
Teodesi sebagai suatu konsep filosofis pertama kali dikembangkan dengan lebih sistematis pada abad ke-17 oleh Gottfried Wilhelm Leibniz, seorang filsuf dan matematikawan Jerman. Leibniz memperkenalkan gagasan bahwa dunia ini adalah "dunia terbaik yang mungkin", dan meskipun kejahatan ada, itu adalah bagian dari tatanan yang lebih besar yang mengarah pada kesejahteraan keseluruhan. Menurut Leibniz, Tuhan tidak hanya mahakuasa, tetapi juga maha bijaksana dan selalu memilih yang terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun