Mohon tunggu...
Enggar Wijaya
Enggar Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - acquisition support

@pengantarsenyum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesat Sesaat #1

22 September 2018   06:31 Diperbarui: 22 September 2018   07:29 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya Juna. Saat membuat tulisan ini, saya baru bangkit dari tidur. Percayalah, ini semua benar terjadi. Saya adalah tipe makhluk hidup yang tidak suka mengada-ada. Awal mula, tolong camkan itu saja!

Kumandang azan seorang muazin di Masjid Al-Amin -- kurang lebih 15 meter ke sebelah kanan dari kediaman Pak Rusli (bapak saya), sampai juga ke telinga saya. Lima detik yang lampau.

Lantunan azan yang mengudara dengan suara serak-serak selayaknya manusia yang belum lama melek mata itu, sekiranya cukup membuat umat muslim (khususnya) di lingkungan rumah saya terbangun dan tergugah untuk menunaikan ibadah salat subuh, baik di rumah maupun di masjid secara berjamaah.

Ketahuilah, saya memilih 'tuk tidak salat di rumah. Saya salat di masjid. Namun, itu sudah terjadi cukup lama -- sekitar dua bulan lalu. Faktanya, seusai azan berkumandang tadi, saya tidak salat di mana-mana.

Mengapa saya tidak salat? Ya, mengapa tidak. Toh, saya memiliki cukup alasan dan pegangan yang kuat, yakni HALANGAN.

Selama mendapat halangan, kita diperbolehkan untuk tidak salat. Kurang lebih begitulah rangkuman saya dari banyak narasumber perihal halangan. Oleh sebab itu, saya menyatakan diri bahwa halangan tengah melanda diri saya dewasa ini.

Tentu itu bukan suatu yang mengada-ada. Saya memang sedang halangan. Tapi, bukan disebabkan oleh kedatangan menstruasi. Saya ini laki-laki yang tidak akan menstruasi, tidak memiliki niat sedikitpun untuk menstruasi, dan tidak mungkin bisa menstruasi.

Namun, itu bukan berarti tidak bisa halangan. Jika halangan hanya sebatas menstruasi, seolah-olah hanya perempuan yang boleh atau mampu halangan. Padahal sebagai laki-laki, saya juga merasa mendapat banyak halangan dan mampu menjalankan halangan itu dengan sebaik-baiknya.

Laki-laki memang tidak mampu menstruasi, paling masturbasi -- seminggu dua kali (tergantung pribadi masing-masing kalau saya segitu). Ya, memang. Saya menganggap itu sebagai salah satu halangan.

Saya selalu merasa tidak SUCI saat berada pada posisi tersebut. Oleh sebab itu, saya tidak pernah salat dalam keadaan demikian. Apakah saya salah, tuhan?

Suatu waktu, saya ingat betul seorang perempuan pernah 'menceramahi' saya, sewaktu kami berbincang mengenai salat. Insialnya 'R'. Silakan berasumsi bahwa dia adalah Rani, Rita, ataupun Ratih! Tak apa. Asalkan bukan Rudi, Roni, atau nama laki-laki lainnya. Yang pasti, dia berkata begini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun