Mohon tunggu...
Echi Uthe
Echi Uthe Mohon Tunggu... -

sederhana dan belajar tuk menjadi manusia yg kuat, sabar dan iklas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semoga Engkau Membaca Pesan Ini Mas Her

25 Mei 2016   19:34 Diperbarui: 25 Mei 2016   19:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur aku sangat kecewa dengan sikap mu kepada ku. Kamu yang mengundang ku untuk masuk dalam hidup mu, kamu yang membuat hati ku menerima mu. Saat kita berkali-kali memutuskan hubungan kamu juga yang berusaha menghubungi ku lagi, tapi apa pernah aku melakukan hal sekejam yang kamu lakukan saat ini? Aku selalu bersedia mendengarkan, tidak pernah mengacuhkan, selalu menghargai meskipun sehebat apapun kamu menyakiti ku. 

Kamu selalu bilang jika kamu egois, dan kamu memaksa aku menerima apapun keputusan & perlakuan mu pada ku. Namun saat aku memperjuangkan kehidupan dan kehormatan ku, kamu bilang aku lebih egois dari mu, aku sudah mencaci maki mu. Apa tidak pernah sedikit saja kamu mau mengerti bahwa selama ini kamu membuat ku menanggung semua akibatnya. Saat dia melibatkan saudara ku, apa kamu peduli saat aku  dijauhi. Saat orang lain memandang ku sebagai perempuan murahan, apa kamu mau menjelaskan pada mereka apa yg sebenarnya terjadi. Yang kamu pikirkan hanya kehidupan mu, kebahagiaan orang disekitar mu. Mengapa kamu tidak mau sedikit saja memahami bahwa aku pun punya kehidupan, punya orang" yg aku sayangi yg ingin aku bahagiakan, dan diri mu telah masuk dalam kehidupan ku.

Saat aku mencoba mengatakan bagaimana beban ku atas semua yg sudah kamu lakukan, kamu diam, menyalahkan aku yg tidak bisa menerima kenyataan dan salah dalam memandang suatu masalah. Tunjukan cara yg benar, bagaimana cara yg benar bagi seorang perempuan yg kehidupannya telah dihancurkan oleh seorang pria??? 

Aku tidak pernah habis fikir saat aku memohon agar kamu pergi dari kota ku, yang ada hanyalah kemarahan mu, kemarahan karena aku tidak mengerti bahwa jabatan mu disini sudah sangat tinggi. Jabatan, harta???? Itu lebih penting dari kehidupan perempuan yg sudah kau kacaukan hidupnya????  Aku sungguh-sungguh telah kau sakiti!!!

Aku tidak pernah menduga saat kau mengetahui aku sedang kehilangan arah, terpuruk dan terluka, kau malah asik bersenang-senang, melepas rindu seperti orang yg dimabuk cinta, selalu bahagia seolah merayakan kebebasan mu.. Aku tidak menyangka kamu bisa tertawa saat aku menangis tersedu.. bahkan aku menatap mata mu memandang ku bagaikan seorang pengganggu..

Mas her, entah hati mu terbuat dari apa... entah dengan cara apa membuat mu mengerti.. apa ini tujuan mu sebenarnya, membuat ku terluka & menutup hati tuk siapa pun dengan trauma yg sudah kau berikan.

Mas her, kenapa harus aku yg kau sakiti sehebat ini? Salah aku apa? Kenapa kau selalu menuduh ku salah dalam memandang suatu masalah.. kenapa kau tidak pernah mencoba mengerti mengapa aku seperti itu.. 

Semoga kau bisa menikmati kebebasan mu, merayakan kebahagiaan tujuan mu telah tercapai, dibawah penderitaan yang kau ciptakan untuk hidup & masa depan ku.. apa sekarang kau sudah puas???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun