Mohon tunggu...
Engelina Jehuman
Engelina Jehuman Mohon Tunggu... Mahasiswa - ASN Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai, dan merupakan mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadja Madah

Konten yang berkaitan dengan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Salah Satu Penyumbang Angka Kematian Neonatus, Yuk Ketahui Lebih Jauh Apa Itu Asfiksia?

24 Januari 2023   15:06 Diperbarui: 24 Januari 2023   15:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab ke-2 kematian ibu di dunia setelah perdarahan. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan kasus preeklampsia lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri 128.273 per tahun atau sekitar 5,3%.22 Kondisi ini dapat menimbulkan morbiditas pada ibu dan janin serta diduga termasuk menyebabkan asfiksia neonatorum (Adikarya dan Wardana, 2022).

Ibu hamil dengan preeklamsi berat memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk melahirkan anak dengan asfiksia neonatus. Selain itu, metode persalinan yang digunakan diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada neonatal. 

Hasil penelitian Adikarya tahun 2022 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara proses persalinan dengan metode sectio caesarea (SC) dengan kejadian asfiksia neonatus. Dimana persalinan dengan metode SC memiliki peluang 6 kali lebih besar untuk melahirkan anak dengan asfiksia dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara spontan. 

Meningkatnya risiko asfiksia neonatorum pada bayi yang dilahirkan dengan cara SC mungkin disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar ibu yang menjalani SC memiliki komplikasi atau penyulit kehamilan, serta keputusan untuk SC mungkin dibuat terlambat setelah mereka mengalami komplikasi. 

Selain itu, persalinan pervaginam yang fisiologis akan menyebabkan dada janin terjepit ketika bayi melewati jalan lahir dan kemudian jepitan tersebut terlepas setelah ekspulsi. Perubahan tekanan mendadak ini diduga akan memancing bayi untuk menangis spontan, sehingga asfiksia neonatorum dapat dicegah. Proses fisiologis ini tidak ditemukan pada persalinan secara SC (Adikarya dan Wardana, 2022). 

Selain itu anemia pada ibu hamil serta kejadian ketuban pecah dini (KPD) juga merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatus. Ibu hamil dengan anemia memiliki peluang 3 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia, serta 4 kali lebih besar terjadinya asfiksia pada ibu hamil yang mengalami KPD.

Dengan mengetahui hal- hal di atas, kita tentu setidaknya dapat meminimalisir terjadinya asfiksia neonatus dengan rajin melakukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan tidak hanya dilakukan 1 atau 2 kali selama masa kehamilan, akan tetapi perlu untuk mencapai standar yaitu dengan melakukan setidaknya 4 kali pemeriksaan selama kehamilan. 

Terutama pemeriksaan pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar dapat memantau status kesehatan ibu hamil dan menghindari terjadinya resiko kehamilan yang membahayakan. Dengan rutin memeriksakan kehamilan kita dapat menyelamatkan calon generasi penerus bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun