Dari Provinsi Paling Ujung Barat Indonesia, tempat dimana matahari tenggelam paling akhir, Hari ke-10 Bulan Ramadhan 1439H, 2018 Masehi.
Bulan Mei akan segera berlalu, hiruk pikuk Mayday, masalah buruh sudah luruh. Luruh oleh berita-berita terrorism. Namun sebelum berlalunya bulan Mei ini. Perbolehkan kita merefleksikan diri, tentang jati diri kita setidaknya dalam 1 bulan ini.Â
Bulan yang penuh kegamangan. Perang ideology mampu memantik manusia bersama keturunannya melakukan perbuatan yang sungguh tidak hewani. Begitupun permasalah awal mei yang sampai pada akhirnya kita tidak sampai ke inti permasalahan hakiki, apalagi solusi. 2 permasalahan yang selalu mendengung dari layar kaca Youtube dan Layar TV.
Permasalahan 1. Agama. Sepakat jika perbuatan mereka sungguh tidak hewani. Hewan saja tidak ada yang berbuat seperti itu. Ini mungkin yang dikatakan bahwa kualitas manusia bisa lebih mulia dari malaikat, namun juga bisa lebih rendah daripada Iblis. Ini sebenarnya bukan permasalahan yang baru, khawarij (kaum yang memberontak) adalah model kaum yang sdh ada sejak zaman rosul kita Nabi Muhammad SAW masih hidup.Â
Asal muasal paham khawarij yang berkembang saat ini bermula ketika Rosullullah melakukan pembagian harta rampasan perang, ada diantara mereka yang merasa Rosul melakukan hal yang tidak adil. Bahkan sahabat Ali yang dijamin masuk surga-pun dan merupakan 10 golongan yang masuk islam pertama dibunuh oleh kaum ini.
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah belah. Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang lebih dekat dengan kebenaran.'" [HR. Muslim][5]
Salah satu diantara fitnah akhir zaman yang terjadi ialah munculnya kaum Khawarij (kaum yang memberontak) kepada Ali Radhiyallahu anhu. Awal kemunculannya adalah setelah berakhirnya perang Shiffin. Saat Sahabat Ali melakukan perjalanan kembali ke Kufah, terdapat kaum yang memisahkan diri darinya padahal sebelumnya mereka bersama pasukannya dan mereka singgah di suatu tempat yang bernama Harura, jumlah mereka mencapai 8000 orang.
Ada juga yang mengatakan 16000 orang, kemudian Sahabat Ali mengutus Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma kepada mereka. Maka Ibnu 'Abbas berdialog dengan mereka, sehingga sebagian mereka kembali dan bergabung dengan golongan yang men-taati 'Ali. Itu alasan kenapa BNPT dalam menangani napiter salah satu metodenya adalah dengan mendatangkan ulama-ulama zuhud dari Timur Tengah untuk berdiskusi (Red: berdebat) dengan mereka.Â
Banyak diantara mereka menangis ada pula diantara mereka yang tetap dengan pendirian mereka. Mereka yang tetap dengan pendirian mereka adalah kelompok yang tidak mau menerima apa yang dinamakan kebenaran. Mereka meneriakan tentang agama, hafiz alquran, namun mudah mengkafirkan sesama muslim, pemahaman tentang agama masih muda-muda serta memusuhi semua orang yang tidak sepaham dengan apa yang mereka yakini.
Sejauh ini terrorisme menjadi bancakan isu politik yang dikemas sedemikian rupa agar menyenangkan masing-masing pendukung. Ada yang bilang itu pengalisah isu, ada yang bilang yang bilang pengalihan isu adalah tidak manusiawi.Â
Namun Paham Terorism ibarat api dalam sekam, tinggal ditambah oksigen dan sedikit minyak. Langkah pemerintah dalam hal ini sudah tepat, menangkap semua pihak yang terlibat, termasuk pihak pihak yang menyebarkan opini bahwa terrorism ini adalah upaya pemerintah meredam isu yang lain.Â
Opini busuk seperti ini sangat membahayakan karena bisa menjadi minyak yang mempu memberikan dukungan dan semangat untuk memunculkan lagi ghiraah dari para pelaku teroris. Bila kita kuliti kembali framing terrorism sebenarnya adalah sebuah upaya memecah belah umat islam melalui "Ghazwul Fiqr" seperti halnya apa yang dilakukan Napoleon Bonaparte saat melakukan invasi ke Mesir.Â
Napoleon menyerang apa yang dinamakan falsafah, peradaban, pemahaman hingga akidah dengan cara mendangkalkan pemahaman agama dengan membuat umat islam ragu-ragu dengan agamanya, dalam istilah lain Tasykik.Â
Dan langkah berikutnya adalah mengaburkan fakta kebenaran ttg ajaran islam atau yang disebut Tasywih. Langkah ketiga adalah menghilangkah warwah dari Identitas Islam itu sendiri atau yang disebut Tadzwib. Dan langkah terakhir adalah Taghrib, sebuah langkah penyesatan akidah. Langkah-langkah ini dikemas oleh lawan Islam dalam sebuah framing "paham TERORISM." Ini yang harus dikuliti dan dianalisa, ada apa dengan kejadian Terorism ini.Â
Padahal Islam adalah Rahmatan lilalamin. Penuh Rahmat dan Rahim. Menyadari akan bahayanya perang pemikiran ini, Mari rapatkan shaf kita, buat definisi dan garis demarkasi yang jelas, bahwaÂ
TERORIS adalah bukan bagian dari ISLAM. TERORIS MUSUH ISLAM.
Permasalahan yang kedua dibulan Mei 2018 yang menyeruak dan sangat nyata adalah masalah regulasi ketenagakerjaan. Tenaga Kerja Asing alias TKA. Isu bahwa TKA membanjiri proyek-proyek pemerintahan terutama yang berhubungan dengan listrik dan infrastruktur mulai tercium kaum oposisi.Â
Bahkan didaerah perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan terdapat isu pembangunan sebuah pabrik semen menggunakan imigran asal china yang notabene adalah para narapidana disana.Â
Artinya china mempekerjakan narapidana di Indonesia. Ini blm saya konfirmasi langusng di lapangan. Karena ketika mau konfirmasi kelapangan, ada tugas negara yang lain.Â
Isu tenaga kerja asing itu hanya popular di Jawa dan Sumatra yang notabene masyarakatnya berpendidikan SMA keatas. Tapi memang jelas perbedaan, ada sebuah project listrik di Kalimantan, semua level managerial hingga level engineer terdapat pihak asing, bukan semuanya, hanya TERDAPAT. Biasanya sebegai adviser, ataupun sebagai wakil (meskipun wewenangnya lebih tinggi dari yang diwakili).Â
Untuk pekerja lapangan mayoritas Indonesia, hanya tingkat supervisor saja dari Asing. Pekerja asing tinggal di hotel bintang 3 sementara pekerja-pekerja subcont tinggal dirumah temporary dengan MCK seadanya.Â
Mereka protes? Nggak. Justru yang protes Pekerja-pekerja asing yang notabene expat, mereka protes ala kedai kopi saat makan siang bersama, kenapa masih ada tempat di belahan bumi ini yang isinya seperti ini, No clubbing, No City life, jauh dari keramaian kota, listrik blm tercukupi seperti dinegara mereka.Â
Pernah sekali masuk di sebuah pabrik di Sukoharjo. Sukoharjo tetangganya Solo, tidak jauh dari Waduk Gajahmungkur Wonogiri, terdapat sebuah pabrik yang megah, dibangun oleh Asing juga.Â
Tempatnya indah nan megah. Sayang tidak diabadikan karena mmg masuk pabrik tidak boleh bawa HP. Masyarakat juga tidak ribut. Mereka justru meributkan limbah yang keluar dari pabrik. Sedikit saran ke Pak Mentri, lain kali kl sweeping, jangan pas jam kerja, spweepingnya pas jam makan siang, pak mentri monitor di kantin, dan stop semua pihak yang bawa makanan selain dari kantin.Â
Semua berawal dari sumber pendanaan project tersebut mmg dari negara asing. Jadi isu murahan tentang TKA itu semacam isu tingkat elit saja. Itupun hangat-hangat tai ayam.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah cerdas-cerdas, makananya sudah SONIC*, hampir semua pernah minum AQ**, semua sudah cerdas, namun begitu terdapat isu-isu terutama yang berkaitan dengan Agama, tiba-tiba nalar tertutup hanya mencari siapa yang salah. Tanpa mencari jawaban atas, kenapa ini bisa terjadi, dan bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana solusinya.Â
Konsep berpikir yang runtut dan kritis seolah-olah hilang, mungkin karena kebanyakan minum AQ** atau makan SONIC*. Wallahualam. Mengutip istilah dari China (lagi-lagi China, pepatah ini selalu jadi andalan saya), "there's nothing new under the sun" pepatah dari seorang ahli strategi china, Sun Tsu. Tidak ada yang berbeda selama dibawah matahari yang sama. Kira-kira penafsirannya seperti itu.
TKA china, adalah akibat dari Kapitalisasi China yang semakin kuat. Tolong digaris merah kata KAPITALISASI. Saat ini kapitalisasi hampir menjangkau semua lini. Sedrhananya adalah, Yang mempunyai modal, mereka yang berkuasa. Tidak hanya china yang mempunyai tingkat kapitalisasi kuat. Era 70 Amerika pernah mencengkeramkan kapitalisasi di Indonesia, dan di era 80an tergantikan oleh Jepang dengan.Â
Ini ditandai dengan banyaknya kontraktor untuk proyek strategis nasional. Era 60-70an banyak kntraktr mengerjakan proyek strategis, di era 80an mulai masuk Jepang. Kenapa kontraktor-kontraktor itu masuk dan mendapatkan proyek di Indonesia, lagi-lagi muaranya pada sebuah kalimat, "pendanaan proyek tersebut berasal dari bantuan negara XXX" sehingga harus menggunakan barang-barang dan tenaga kerja (expert manpower) serta technology dari XXX.Â
Narasi seperti ini tidak selamanya salah, dan memang benar adanya. Coba bayangkan, kamu adalah Pemodal. Punya modal. Kamu berasal dari ras yang unggul, dan mempunyai jiwa nasionalism tinggi, dan ingin menanamkan modal di negara XY yang baru merdeka, pasti kamu ingin uang itu kembali ke kamu lagi dalam jumlah minimal sama, dan memberikan multiplier effect ke negaramu kan.Â
Hanya saja, mengemasnya dalam bentuk bantuan, seolah-olah negaramu adalah negara yang penuh kasih dan suka tolong menolong. Jauh-jauh hari konsep capitalism ini sudah kita jumpai di negeri yang katanya aman dan makmur ini, mereka kita sebut VOC.Â
Mengeruk semua kekayaan dinegara jajahan, dan membawa semua uang come back ke Belanda, dalam jumlah yang berkali kali lipat. Sintingnya, Indonesia hanya mendapatkan sedikit imbal kasih dalam bentuk kebijakan politik etis waktu itu.
Ditingkat dalam negeri, siapa yang memungkiri persaingan kapitalisasi Roti-roti artis yang menjamur bagaikan panu dan korengku waktu umur 7 tahun? Mereka membangun usaha dan mengkapitalisasikan usaha mereka tanpa mempedulikan komoditas local yang berupa masakan masakan daerah yang mempunyai nilai budaya jauh lebih tinggi.Â
DItingkat dalam negeri, halaman sebuah surat kabar isinya hanya kulener-kulenaran dari hotel-hotel mewah yang tidak mungkin digapai macam kawulo alit macam saya ini. Sialnya masyarakt HANA MO SADAR dan MIKIR darimana asal muasal semua itu terjadi. KAPITALISASI.
Pemerintah, melalui Bu Mentri Sri Mulyani jauh-jauh hari sadar bagaimana memecahkan pola piker seperti ini. Sejak jaman Presiden SBY, Bu SMI memprakarsai dana abadi pendidikan yang berasal dari beberapa sumber pendanaan untuk meningkatkan kualitas SDM rakyat-rakyat Indonesia melalui LPDP terutama untuk jenjang S2 dan selanjutnya.Â
Ini sangat penting karena pola piker dari masyrakatnya sebagai elemen berdirinya sebuah negara harus diperbaiki terlebih dahulu. Dikuatkan, dibentuk, dan akhirnya nanti menjadi mesin pendorong utama perkembangan nasional secara keseluruhan.Â
Dengan level pendidikan yang baik, mereka akan mampu membuat kebijakan sekaligus mengambil kebijakan terutama yang berhubungan dengan finance, agar menggunakan finance dalam negeri.Â
Sehingga tidak ada interfensi dalam penggunaan komposisi local dalam negeri. Saat tingkat komposisi dalam negeri ini banyak digunakan, roda perekonomian tumbuh segar, bak rimbunannya hutan ekuator yang blm terjamah. Roda perekonomian mampu bangkit dan menjadikan cita-cita pejuang-pejuang yang dahulu gugur di medan laga bisa tercapai. Terwujud cita-cita kita dalam bernegara.
Terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang berdaulat adil dan makmur.
Dari tempat, dimana Sang Surya tenggelam paling akhir. Selamat Menikmati Ibadah Puasa, dan Selamat Berakhir Pekan Sob.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H