Mohon tunggu...
Eneng Humaeroh
Eneng Humaeroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan langkah pertama

Kehidupan hanya sebuah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencari Esensi Aksi Unras 11 April

14 April 2022   00:55 Diperbarui: 14 April 2022   01:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEMSI dalam gerakannya dikenal sebagai gerakan moral yang penuh dengan idealisme, kesantunan, kekompakan bahkan keteguhan dan memiliki responsibility yang tinggi  yang patut diacungi jempol dalam menyuarakan jeritan rakyat.   Kader-kader BEM SI juga dikenal dengan karakter keislaman yang begitu kuat baik akhwat maupun ikhwannya.

Namun ada hal yang cukup menggelitik pada aksi yang di gelar di depan gedung DPR pada Senin 11 April lalu. Kecurigaan publik bahwa agenda aksi unras tersebut merupakan agenda settingan Istana yang memobilisasi sejumlah mahasiswa pun bertebaran. Aksi ini penuh dengan bumbu-bumbu dramatik yang menggelikan sekaligus miris.   Mulai dari kemunculan Ade Armando pegiat medsos yang kontroversi yang berakhir dengan drama pengeroyokan pun menghiasi langit-langit  aksi unras dengan tema besar Tolak  Penundaan Pemilu.

Kejanggalan lainnya beredar foto-foto mahasiswa/I yang membawa poster dengan tulisan nyeleneh dan berbau 'pornoaksi'. bumbu ini terlalu menonjol sehingga publik mencoba meraba-raba esensi dari aksi besar yang menggerakan berbagai daerah dan kota-kota lain di Indonesia. Entah apa maksud narasi yang sedang di bangun oleh para kelompok terpelajar yang dinamakan mahasiswa zaman milenial ini.  Kata-kata mesum yang dipertontonkan pada saat demo ini menjadi beragam pertanyaan publik dan para orang tua, apakah poster-poster ini bagian dari cerminan realitas sisi-sisi kehidupan kampus yang mencoba kita tutupi ataukah realitas ini ingin diketahui khalayak bahwa sesungguhnya itulah realitas kehidupan kampus yang sedang berjalan. Publik curiga ini merupakan kampanye kebebasan seksual yang menumpang alias pansos saat giat unjukrasa.

Tidak kalah menarik, beredar video-video yang menangkap aksi sekelompok anak muda yang berada disekitar mobil polisi dan mengambil jaket almamater dan mereka masuk ke gedung DPR terlebih dahulu sebelum aksi dimulai melalui pintu belakang, yang dicurigai dari teriakan narasi , bahwa teman-teman mahasiswa sudah ada di dalam gedung sebagai perwakilan para pendemo.

Bumbu lainnya adalah bumbu klasik, kerusuhan dan disemburkan watercanon padahal para mahasiswa sudah balik kanan kembali menuju masing-masing kampus dengan pengawalan. Anehnya mereka menerbangkan narasi akan buka bersama di sekitar Monas, padahal faktanya malam itu  tidak ada aktivitas bukber disekitar Monas.  

Yang menarik, Ade Armando sebelum menjadi korban pengeroyokan menyampaikan sejumlah pernyataan bahwa BEM SI telah terbelah menjadi lima bagian, dan masing-masing membawa misinya sendiri-sendiri. Sebagai sebuah aksi moral, hal ini tidak akan berpengaruh dan merupakan gerakan sporadis dan mudah ditunggangi. Dan pastinya tidak akan berdampak terhadap perubahan sosial seperti yang diharapkan publik. Ade Armando juga membeberkan gerakan ini terlalu childish.

11 April kini sudah berlalu, gaung dari aksi demonstrasi BEM SI malah tidak lagi terdengar tidak seperti hari-hari sebelumnya, trending topic dan menjadi harapan banyak orang.  Gaung yang terdengar adalah kasus pengeroyokan Ade Armando, serta sumpah serapahnya akan menjadi lebih gila  lagi. Narasi Ade malah lebih hebat dari kasus yang menimpanya sendiri. Ade berhasil membangun image tentang dirinya.  Kehadirannya ditengah-tengah aksi unras sudah menjadi primadona dan perhatian publik. Kasusnya menghantarkan ia menjadi bintang 11 April hampir menenggelamkan kampanye kebebasan seksual yang mungkin juga sedang dibangun oleh kaum liberalis.

Esensi yang kita dapat dari aksi kemarin adalah dua perkara tadi,  kampanye kebebasan seksual  dan pemukulan Ade Armando. Selain dari itu belum terlihat esensi lain yang lebih penting. Bisa saja isu yang digaungkan mulai dilupakan orang dan relawan tetap bergerilya membangun narasi 3 periode, harga migor tetap mahal dan kenaikan BBM dan sejumlah bahan pokok malah semakin menaik hingga ke puncak gunung. ***      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun