Mahasiswa Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan juara 1 dalam kompetisi OliVIa (Olimpiade Vokasi Indonesia) IX 2024.Â
Kegiatan bergengsi yang berupa RAS (Recirculating Aquaculture System) merupakan lomba yang diselenggarakan oleh Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia, dengan tuan rumah Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tim Grafena Iridium merupakan inovator post milenial dari mahasiswa TRKI Vokasi Undip telah mengembangkan digitalisasi budidaya ikan dengan Smartphone.Â
Tim ini diketuai oleh Tiurma Fransiska Simanullang beserta rekannya Jeni Laura Tesalonika dan Putri Sekar Kinanti dengan Dosen Pembimbing Mohamad Endy Yulianto.
Ketua Panitia OliVIa IX 2024 Dr. Ir Agustina Abdullah S.Pt., M.Si., IPM, ASEAN Eng dalam keterangannya di Makassar, Jumat 18 Juni 2024, menyebutkan bahwa pada ajang OliVIa IX 2024 mengusung 6 jenis lomba dengan 23 mata lomba.
Kompetisi ini melibatkan 70 perguruan tinggi dan 1.068 tim yang terdiri dari 3.204 siswa dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 407 siswa dari 144 tim dari 32 perguruan tinggi berhasil lolos ke babak final.
Dengan mengusung tema "Inspiring the Future through Empowering Innovative Human Resources and Digital-Based Entrepreneurship," OliVIa IX 2024 mengangkat isu inovasi teknologi dan kewirausahaan.Â
Rangkaian kompetisi ini sudah dimulai sejak bulan Maret. Seleksi tahap 1 pada bulan Juni 2024 dan pada akhir Juni terpilihlah 5 tim terbaik di mata lomba RAS, lalu dilaksanakan Grand Final serta Awarding yang menjadi penutup rangkaian acara OliVIa IX 2024 diselenggarakan pada 18-19 Juni 2024 di UNHAS Hotel & Convention
Tiurma Fransiska Simanullang yang kerap disapa Tiur menyampaikan bahwa inovasinya bernama Polimonia. Inovasi ini merupakan pengembangan dari membran PVDF dan CNTs sebagai filter air kolam ikan.Â
Lengkap dengan sensor amonia yang terdigitalisasi oleh smartphone dan menggunakan panel surya sebagai cadangan energi alternatif, menjadikan inovasi sistem resirkulasi akuakultur yang menjanjikan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Parameter kualitas air yang sangat penting dan merupakan aspek dalam ekosistem akuakultur, diantaranya adalah kadar amonia.Â
Amonia yang terakumulasi dalam sistem akuatik harus dihilangkan karena apabila menumpuk, menyebabkan ikan banyak yang mati. Hadirnya digitalisasi sensor amonia akan memudahkan peternak ikan untuk memonitor kualitas air sehat, papar Tiur.
Sementara Jeni Laura Tesalonika yang biasa disapa Jeni mengungkapkan bahwa salah satu keunggulan yang membedakan proyek ini adalah dengan desain kolam konvensional.
Adalah tata letak dan sirkulasi air yang inovatif serta adanya penggunaan panel surya sebagai energi alternatif untuk memberdayakan pompa, nano aerator, filter UV dan sensor yang dikoneksikan dengan Smartphone.
Jeni juga menambahkan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan akan mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional untuk mewujudkan misi pemerintah Indonesia dalam Rangka Indonesia Nol Emisi Karbon di tahun 2060.Â
Hal ini disampaikan secara langsung oleh Menko (Menteri Koordinator) Bidang Kemaritiman dan Investasi 2022 dalam acara G20, Bali, Indonesia.
Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Mohamad Endy Yulianto, mengungkapkan rasa syukurnya karena Tim Grafena Iridium telah berhasil menyabet gelar juara 1 tingkat Nasional.Â
Endy yang sekaligus juga sebagai dosen pembimbing berperan penting dengan memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi tim. Diskusi secara intensif telah membantu dalam pengembangan dan penyempurnaan inovasi dari desain RAS.
Putri Sekar Kinanti yang biasa disapa dengan Putri menjelaskan bahwa desain kolam perikanan yang dikembangkan pada skala pengecilan 1:100, mengintegrasikan sensor amonia dengan bukaan valve.Â
Inputnya apabila kadar amonia lebih kecil dari 0,2 ppm maka valve menuju membran polimonia akan dibesarkan namun jika kadar amonia melebihi 0,7 ppm maka sensor akan mengirim sinyal ke valve untuk dikecilkan, sehingga laju alirnya mengecil dan residence timenya lebih lama di dalam membran polimonia, sehingga kualitas ikan meningkat.
Kadar amonia dalam air yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan ikan, merusak jaringan bahkan kematian.Â
Oleh karenanya digitalisasi inovasi teknologi Polimonia yang dikembangkan ini, kedepannya bisa diterapkan untuk budidaya ikan di masyarakat luas.Â
Melalui teknologi dan kolaborasi inovatif ternyata dapat menghasilkan solusi yang membawa dampak positif di masa akan datang, tutup Putri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H