Assalamu'alaikum para pembaca..
Apa kabar Anda, sehat ?
Kalimat tanya ini sering sekali kita gunakan dalam memulai pembicaraan setiap hari, setiap momen, di manapun kita bukan ?, tetapi sudah cukup sungguh-sungguh kah Kita untuk care terhadap kesehatan ?.
Kenyataan kehidupan di dunia memang selalu berjalan dengan lumrah dari zaman dahulu sampai sekarang ada yang kita sebut naik - turun, sehat - sakit, baik - buruk, sehingga tentunya begitu juga selain ada orang yang sungguh-sungguh mempedulikan kesehatan bagi diri sendiri dan keluarganya maupun kesehatan orang lain, sisi lainnya ada juga orang yang sebaliknya tidak sungguh-sungguh mempedulikan kesehatan bagi diri sendiri dan keluarganya apalagi kesehatan orang lain.
Padahal coba kita perhatikan ya para pembaca sekalian, Tuhan yang Maha Pengasih Penyayang telah sangat banyak menganugerahkan  kepada manusia apa yang dimohonkan dan dibutuhkan, kenikmatan yang begitu banyaknya niscaya tak mampu kita menghitungnya, walaupun tinta pena untuk menuliskan kenikmatan apa saja yang dianugerahkan itu sebanyak lautan sampai habis dan didatangkan lagi. Kenikmatan iman dan kenikmatan kesehatan seringkali disandingkan dalam pembukaan pidato atau public speaking. Hal ini membuktikan kenikmatan kesehatan termasuk kenikmatan utama, sebab dengan kesehatan itulah kita semua mampu dan lebih mudah beramal atau berusaha berbuat kebaikan-kebaikan sesuai dengan yang diimani serta mampu menjalankan kehidupan.Â
Menjaga kesehatan itu penting, baik kesehatan fisik maupun non fisik atau psikis, karena dengan melakukannya sama saja dengan kita bersyukur atas amanah yang dititipkan Sang Pencipta untuk diri sendiri dan orang lain. Kurangnya iman dan rasa syukur ditambah lagi kurangnya ilmu agama dan ilmu pengetahuan dunia atau keahlian menjadi penyebab ada saja orang yang tidak sungguh-sungguh mempedulikan kesehatan bagi diri sendiri dan keluarganya, apalagi kesehatan orang lain bahkan sampai berbuat sengaja yang tidak baik alias buruk atau membahayakan orang lain yang menjadi konsumen,dengan memproduksi dan menjual makanan, minuman, kosmetik, jamu palsu, sampai dengan obat-obatan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan orang lain atau publik karena terdampak secara luas.
Keterbatasan kemampuan secara individu dalam menjaga kesehatan untuk memastikan setiap keperluan atau kebutuhan dasarnya seperti makanan, minuman, kosmetik, jamu dan obat-obatan agar aman untuk dikonsumsi, menjadi alasan kuat pentingnya peran bantuan dari kebersamaan yaitu selain dari kita bersama-sama sesama masyarakat atau rakyat biasa saling menjaga dan mengawasi, juga peran penting itu datang dari salah satu perpanjangan tangan pemerintah yaitu BPOM RI.
Pemerintah dalam hal ini Badan POM adalah lembaga pemerintah non kementerian yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. BPOM berada langsung garis tugasnya di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPOM berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, yaitu koordinasi dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi Pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud.
Bila kita ketahui, bekerja di instansi pemerintah  Badan POM atau Balai Besar POM dan Balai POM untuk wilayah atau tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota, menjadi cukup sibuk dengan wilayah kerja yang cukup luas dengan tugas yang secara fungsional sangat mendetail dalam hal ini pengawasan sampel obat dan makanan yang kita ketahui sangat banyak, dari yang umum, populer, dan terdaftar sampai ke yang tidak umum, dan  yang tidak terdaftar. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan contoh salah satu bentuk pengawasan dari Balai Besar POM / BBPOM yaitu pengujian produk makanan minuman yang banyak beredar luas di pasaran dan tengah-tengah masyarakat dengan berbagai parameter uji kimia dan mikrobiologi baik kualitatif maupun kuantitatif, semisal bahan berbahaya boraks, bahan pengawet buatan formalin, pengawet buatan natrium benzoat, pewarna buatan (variasinya banyak), bakteri E.coli dan staphylacoccus aureus, alkohol etanol, metanol, dan masih banyak lagi parameter lainnya. Tugas pengawasan ini kenyataannya cukup berat, karena hasil pengujiannya selalu saja ditemukan kasus-kasus pelanggaran seperti adanya makanan minuman yang mengandung bahan kimia berbahaya yang telah disebutkan oleh Penulis tadi, yaitu boraks, formalin, yang seharusnya tidak digunakan pada makanan, begitu pula dengan kandungan yang melebihi batas aman yang sudah diregulasikan, seperti beberapa komposisi dari produk makanan minuman yaitu natrium benzoat, pewarna buatan, dan metanol yang sangat berbahaya bila terkandung dalam minuman beralkohol, baik minuman beralkohol golongan A,B, hingga C (kandungan etanol golongan tinggi), karena terbukti menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Pengujian obat-obatan, ( terapeutik, narkotika, zat aditif ), jamu,dan kosmetik yang beredar luas di pasaran dan tengah-tengah masyarakat pun tidak luput dari pengawasan, dengan parameter uji sangat bervariatif tentunya karena setiap 1 (satu)jenis obat ada terkandung banyak bahan kimia obat ( bko ) yang diuji secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini cukup berat dan merepotkan tiap tahunnya, sampai tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataannya pengujiannya itu biasanya menumpuk harus dituntaskan di akhir tahun. Jangan heran apabila suatu saat barangkali ada dari salah satu keluarga atau kerabat pembaca yang kebetulan bertugas di instansi ini akan mengambil waktu kerja lebih atau biasa di dunia swasta lebih dikenal istilah kerja lembur. Tentunya jarang sekali ada pegawai yang cukup sibuk di instansi pemerintahan lainnya sesibuk di instansi ini, karena kenyataannya relatif santuy kesehariannya sebut saja pegawai di Kantor Pemerintahan Daerah / Kota, atau pegawai dan Guru-guru di Sekolah-sekolah, betul tidak para pembaca ?.Â
Kasus-kasus pelanggaran atau temuan dalam hasil pengujian beberapa diantaranya, seperti obat yang tidak terdaftar yang mengandung bahan aditif atau bahan kimia berbahaya, kerap kali terjadi pada obat dan kosmetik impor, kemudian ada obat mengandung bahan aditif atau bahan kimia berbahaya tidak sesuai merk dagangnya / obat palsu, yang pernah terbukti ada pada sejenis obat penguat seksual. Kepalsuan juga terjadi pada jamu, hal yang menyesakkan hati ini pernah terbukti dari hasil pengujian jamu yang seharusnya mengandung tanaman berkhasiat obat atau disebut biofarmaka, tetapi malah teridentifikasi mengandung bahan kimia obat, ini salah satu contohnya terjadi pada jamu untuk menghilangkan pegal linu, kalau toh begitu ya mending sekalian beli obat kan yah, bukan begitu para pembaca sekalian ?. Inilah kejadian seperti judul lagu Jangan Ada Dusta Di Antara Kita, wk wk wk...maaf Penulis sedikit bercanda biar santuy sebagai intermezo saja.
Di luar sana masih banyak kasus-kasus makanan minuman yang membahayakan konsumen, kita lihat dan baca dari berita-berita terpercaya bahwa ada makanan bakso, sosis, mie ayam yang terbuat dari daging yang tak layak untuk dikonsumsi, karena alasan dari segi kehalalan dan kebaikannya ( halalan thoyyiban ), ada juga minuman madu yang terbuat dari bahan kimia sintetis, ada minyak goreng dengan kualitas buruk karena sisa-sisa minyak goreng yang sudah rusak atau kotor tetapi diolah lagi dengan hidrogen peroksida atau bahan tertentu agar bening kembali, sampai ada bahan perabotan rumah tangga dan mainan anak-anak yang terbuat dari bahan plastik dan melamin dengan harga murah yang diimpor, dengan ciri fisiknya berwarna-warni sangat kontras itu pernah terbukti mengandung formalin dan bahan berbahaya bila masuk ke tubuh konsumen melalui oral karena sifat yang mudah larut bila terkena suhu panas misalnya air panas.
Nampaknya hal-hal ini masih terus membayangi kesehatan dan keselamatan hidup kita, semoga Rabb yang Maha Pelindung melindungi Kita hamba-Nya yang berusaha berbuat kebaikan-kebaikan dan selalu bertakwa. Tak cukup peran penting individu atau sesama masyarakat rakyat biasa dan peran penting Pemerintah BPOM yang selalu tidak akan pernah sempurna dan tidak kuasa dengan naik - turun nya iman setiap diri manusia, maka tidak ada daya / upaya dan kekuatan melainkan atas pertolongan Allah.
Semoga bermanfaat bagi para pembaca setia, terima kasih ya.
Wassalam  Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H