Sahabat pembaca yang bijaksana, situasi seperti yang terjadi pada Super Air Jet itu bisa terjadi pada maskapai mana saja. Bahkan kondisinya bisa saja lebih fatal jika situasi tersebut tidak dihadapi dengan tenang. Andai para penumpang saat itu tidak tenang, emosi meluap misalnya, maka bisa saja terjadi sesuatu di luar kendali.
Sebagai penumpang pesawat, kita semua termasuk saya harus membekali diri dengan ketenangan maksimal. Sebab, jika ada satu penumpang saja tidak tenang, hal tersebut dengan cepat akan menular pada penumpang lain.
Hal yang sama pernah saya alami saat penerbangan dari Jakarta menuju Jeddah untuk rencana ibadah umrah. Di tengah penerbangan, pesawat yang kami naiki itu harus mendarat darurat di Bandara Colombo, Srilanka. Konon katanya ada penumpang kritis yang harus dievakuasi.
Persoalannya adalah, setelah penumpang sudah dievakuasi, nyatanya pesawat tak kunjung melanjutkan penerbangan. Penumpang harus menunggu di dalam pesawat 5 jam dan tidak bisa keluar dari bandara. Ini ditambah dengan kondisi sistem kelistrikan pesawat padam, plus pendingin ruangan juga tidak berfungsi. Salah satu jemaah yang membawa balita jelas dibuat kewalahan. Balita itu terus menangis tiada henti, walau sudah tanpa baju di badannya. Hanya tersisa popok saja.
Tapi alhamdulilah, semua penumpang pesawat itu tetap tenang. Menahan rasa tidak nyaman plus suara tangis yang bising. Ditambah suasana pengap dalam pesawat selama 5 jam.Â
Bersyukur pesawat akhirnya bisa melanjutkan perjalanan ke Jeddah. Itu pun, sampai di Jeddah, penumpang harus turun dari pesawat dengan penerangan melalui senter dari HP masing-masing. Maklum, sistem kelistrikan pesawat mati total saat pesawat sudah merapat di bandara.
Agama mengajarkan, apa pun kondisinya, mari kita bersyukur. Termasuk ketika dihadapkan pada kondisi seperti pesawat Super Air Jet atau pesawat tujuan Jeddah itu. Sudah sepatutnya perusahaan penerbangan harus melakukan perbaikan dan evaluasi total atas kejadian itu. Tapi yang tidak kalah pentingnya, mari kita semua selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian dan selalu mengembalikan semua hal yang terjadi kepada Allah.
Bagaimana menurut Sahabat?
Â