Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Teknik Hipnoterapi Klinis di Film "Spider-Man: No Way Home"

4 Januari 2022   19:21 Diperbarui: 7 Januari 2022   18:08 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi penggemar film Spiderman, pasti sepakat, besutan terbaru melalui Spider-Man: No Way Home ini merupakan yang terbaik. Alih-alih jadi film anak-anak, sejatinya film ini justru penuh pesan mendalam.

Apalagi bagi para praktisi hipnoterapi klinis seperti saya, film ini sangat-sangat menggambarkan bagaimana proses terapi menggunakan metode pikiran bawah sadar.

Selama ini, kisah Spiderman berkutat dengan bocah remaja superhero pamer aksi laga, juga fantasi penuh CGI dan mengagumkan. Kini sedikit lebih dewasa dengan kisah pergulatan batin akan pilihan hidup.

Pendewasaan dalam Spider-Man: No Way Home bukan hanya bisa dilihat dari masalah yang dibawa, tetapi juga bagaimana perkembangan karakter Peter Parker. Peter yang dibintangi Tom Holland menunjukkan proses pendewasaan menyakitkan namun penuh makna.

Dua penulis trilogi Spiderman, Chris McKenna dan Erik Sommers seolah sangat paham bagaimana ilmu pikiran bekerja. Apa yang terjadi dalam film Spider-Man: No Way Home, itulah yang dilakukan para hipnoterapis klinis seperti kami dalam membantu orang lain agar bebas dari masa lalunya yang menyakitkan.

Bobot emosi film ini melebihi dua film sebelumnya yang kental nuansa remaja ceria, ringan, penuh canda, dan fantasi. Ada pula persoalan pencarian jati diri dan cinta monyet.

Peter Parker dalam film ini bukan hanya menunjukkan arti penting dari keberadaan orang-orang tercinta di sekitarnya, seperti keluarga dan sahabat. Lebih penting lagi yaitu yakin akan kemampuan diri sendiri.

Melalui film ini, Marvel juga mengajak penonton menyelami sisi manusiawi dari para superhero. Bagaimana cara menghadapi ketakutan di masa lalu dan kekhawatiran di masa depan? Bagaimana merelakan, dan menghargai apa yang dimiliki saat ini?

Semua persoalan di film ini, persis dengan yang dialami banyak klien dan kemudian dibantu menggunakan teknik hipnoterapi klinis. 

Konsep multiverse dalam Fase 4 Marvel Cinematic Universe ini, bagi yang belum paham, tentu cukup rumit dalam memahaminya. Bahkan ada yang menilai kisah ini sedikit memaksa dan pakai ilmu "cocoklogi". Padahal, lagi-lagi, inilah cara para praktisi hipnoterapi klinis bekerja membantu klien yang bermasalah secara mental.

Dalam proses terapi menggunakan teknik hipnoterapi klinis berbasis teknologi pikiran, konsep multidimensi dalam film ini sejatinya adalah teknik regresi.

Simak ketika Peter Parker ingin mengubah masa lalu, maka harus dihadirkan dulu semua yang terlibat dari masa lalu. Tapi, semua dilakukan sekarang. Inilah yang disebut regresi. Ketika melakukan terapi pada orang lain, saya pun akan menghadirkan masa lalu orang lain pada masa sekarang. 

Proses rekonstruksi ulang pada masa lalu itulah yang akan menyembuhkan seseorang dari persoalan terkait emosi, hati, atau mental dan pikiran yang mengganggu. Jika persoalan di masa lalu selesai, maka masa sekarang dan masa yang akan datang akan berubah.

Sebagai contoh ketika melakukan terapi pada orang yang dendam atau luka batin terhadap seseorang lainnya. Maka, dibawa ke masa lalu untuk mencari penyebab atau akar masalah atas dendam itu. Jika sudah ketemu dan dilakukan rekonstruksi ulang, maka ketika bertemu dengan seseorang itu lagi, dendamnya akan hilang. Lenyap.

Di akhir film, diperlihatkan bagaimana semua orang lupa dengan keberadaan Peter Parker. Lagi-lagi, proses menghapus sesuatu yang menimbulkan luka batin, juga bisa dilakukan dalam hipnoterapi klinis. Ini dilakukan terhadap misalnya korban kekerasan atau pelecehan seksual. Dengan teknik khusus, tanpa mantra seperti yang dilakukan Doctor Strange, ada teknik yang bisa dilakukan untuk menghapus memori menyakitkan seperti ini.

Spider-Man: No Way Home juga memberi pesan, kadang kala, bantuan datang saat terpuruk dari 'diri kita yang lain'. Seolah seperti menemukan jawaban dari pertanyaan yang ditanya sendiri di depan cermin.

Dalam ilmu pikiran, kami menamakan ini dengan teknik ego personality (EP) alias bagian diri. Sejatinya, yang menyembuhkan persoalan adalah diri sendiri. Terapis hanya membantu saja.

Terakhir, jika film ini memerlukan waktu 2,5 jam untuk menyelesaikan persoalan, dalam proses terapi saya memerlukan waktu kadang lebih dari itu. Bisa lebih dari 3 jam hingga benar-benar tuntas.

Kutipan legendaris "with great power comes great responsibility" seolah menjadi obat mujarab selain proses mengatasi masalah itu sendiri.

Dalam dunia nyata, kadang klien tidak menyadari bahwa setiap orang sejatinya diberikan kemampuan mengatasi persoalan. Bukankah Yang Maha Kuasa tidak mungkin memberikan persoalan di luar batas kemampuan? Namun kadang perlu bantuan orang lain sebagai penunjuk jalan.

Bagaimana menurut Sahabat?


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun