Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Karyawan Sampoerna Kena Corona, Bagaimana Nasib Perokok?

1 Mei 2020   02:57 Diperbarui: 1 Mei 2020   03:04 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik Sampoerna. Foto: Tribunnews

Kabar kurang menyenangkan bagi perokok, datang dari Surabaya. Dua karyawan pabrik rokok Sampoerna di Kota Pahlawan itu dinyatakan positif terkena virus Corona, dan keduanya meninggal dunia.

Sebelumnya juga banyak dikabarkan, perokok sangat rentan terkena Corona. Lah yang merokok saja rentan, apalagi pembuatnya? Tentu itu gurauan tidak lucu. Tapi faktanya, pabrik rokok itu sampai harus ditutup sementara, mulai 27 April 2020 hingga waktu belum ditentukan.

Seluruh karyawan kemudian disarankan melakukan isolasi mandiri, sebagian lainnya bahkan menjalani perawatan khusus. Namun, seluruh karyawan tetap dijamin mendapat haknya secara penuh.

Hal itu sesuai keterangan resmi yang disampaikan Direktur Sampoerna Elvira Lianata. Dikabarkan, setelah ditemukan dua karyawan pabrik rokok ini positif Covid 19, bahkan meninggal, langsung dilakukan tracing. Hasilnya, ditemukan 9 orang dengan status pasien dalam pengawasan (PDP), lalu dirujuk ke rumah sakit.

Selain itu, sudah pula diperiksa 163 orang dengan tes swab PCR yang hasilnya belum keluar. Tetapi dari hasil rapid test, diketahui ada 63 orang positif. Mereka kemudian dimasukkan ke ruang isolasi yang disiapkan perusahaan dan diawasi tenaga medis. Sementara karyawan dirumahkan dan produksi dihentikan, seluruh fasilitas pabrik dilakukan penyemprotan disinfektan.

Dengan adanya kasus virus Corona di pabrik rokok ini, lalu bagaimana nasib perokok? Bukankah rokok yang sudah diproduksi itu berpotensi terkandung virus di dalamnya? Tidakkah saat pembuatan, pasti ada sentuhan dari para karyawan?  

Dari rilis tersebut, pihak Sampoerna memang menyampaikan akan mengarantina rokok selama lima hari sebelum akhirnya didistribusikan ke konsumen. Periode ini lebih lama dua hari dari batas atas stabilitas lingkungan Covid-19 yang disarankan European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) dan World Health Organization (WHO). Menurut WHO, Covid-19 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.

Yang dikhawatirkan, virus ini betah berada di tembakau rokok. Boleh jadi baru kali ini virus Corona  merasakan nikmatnya tembakau. Jika seperti itu, maka bisa saja virus berumur lebih panjang karena menikmati rasa tembakau yang ada.

Lihat saja para perokok sejati yang ada. Usia mereka panjang. Kenapa? Karena mereka merokok dengan cara menikmati. Bukan merokok sambil merasa takut mati. Itulah yang ditakutkan terjadi pada Corona. Dia menikmati berada di tembakau, sehingga akhirnya rokok itu mengandung virus Corona yang masih aktif sampai berada di tangan konsumen.

Ya seperti gurauan di atas, ini sama sekali tidak lucu. Tapi kalau mau serius, siapa yang tahu kalau virus itu sudah mati? Sudah banyak kasus, mereka yang sudah dinyatakan negatif saat tes pertama, bahkan sudah melewati masa inkubasi selama 14 hari, eh kemudian tiba-tiba positif. Bahkan ada yang sudah meninggal, baru diketahui jika pasien yang meninggal itu positif.

Bagaimana pula kita bisa tahu, bahwa rokok yang sudah terlanjur keluar dari pabrik sebelum kasus ini muncul, bebas dari virus Corona. Sebab yang dikarantina adalah rokok yang saat ini masih di pabrik.

Perlu juga dipikirkan nasib si rokok. Dia tidak tahu apa-apa, dan salahnya apa sampai dia terpapar virus ini. Sebelumnya pasti si rokok tak pernah membayangkan dia bakalan kena Corona. Kalau pun ada yang kena, kemana harus melapor? Mau lari pun susah. Akhirnya hanya bisa pasrah menunggu ajal. Toh saat diisap, dia juga seketika mati. Usianya tergantung seberapa jauh jalur distribusi yang dia lalui.

Lagi-lagi, ini hanya coretan iseng disertai pertanyaan yang anggap saja ngawur. Tapi jujur, tetap ada perasaan was-was untuk para perokok akibat kasus ini.

Namun sebetulnya ada cara paling aman agar tidak muncul kasus dengan cluster baru yakni cluster rokok. Caranya, berhentilah merokok. Tapi kata para perokok, jawabannya pasti beda. Ganti merokok merek lain. Ah sudahlah...  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun