Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Ambyar dan Pikiran Bawah Sadar

23 April 2020   23:52 Diperbarui: 24 April 2020   19:25 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara kaget dan sudah menduga sebelumnya, pemerintah akhirnya benar-benar menghentikan arus mudik dengan melarang moda transportasi untuk beroperasi. Pesawat, kapal, kereta api, semua dihentikan.

Maka, Lebaran 2020 ini menjadi sejarah. Untuk pertama kalinya, tidak boleh mudik atau pulang kampung. Padahal bagi warga Indonesia, mudik adalah sesuatu yang istimewa.

Momen Lebaran selalu menjadi saat spesial untuk kembali ke kampung halaman, tanah kelahiran, atau berkunjung ke tempat yang memiliki makna tersendiri.

Coba perhatikan saat Lebaran, orang tidak lagi menghitung nilai rupiah. Berapa pun mahalnya tiket pesawat, tetap dibeli. Antre tiket kereta api sejak jauh-jauh hari, tetap dilakukan.

Berdesak-desakan di kapal laut, tidak dipersoalkan. Termasuk naik motor menempuh ratusan kilometer dengan banyak barang bawaan pun tetap dijalankan. Kenapa? Karena ada energi yang maha dahsyat, energi untuk bertemu dengan sanak keluarga yang mungkin di hari-hari biasa, semua tersebar mencari penghidupan masing-masing di berbagai tempat.

Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pulang kampung saat Lebaran adalah sebuah 'kewajiban'. Jika ini selalu ditanamkan ke pikiran bawah sadar, maka program ini akan berjalan terus-menerus.

Segala daya dan upaya pasti akan dilakukan agar bisa mudik. Disadari atau tidak, inilah penyemangat bagi setiap orang untuk bekerja dengan baik dan maksimal. Jika program mudik sudah diterima dan dijalankan pikiran bawah sadar, maka energi dari dalam diri, akan menarik semua rezeki untuk menutupi semua kebutuhan saat Lebaran.

Coba perhatikan para perantau, baik mereka yang bekerja kantoran maupun bekerja di sektor informal. Setiap menjelang Lebaran, pikiran dan perasaannya sebenarnya sudah sampai kampung halaman.

Fisiknya masih di tempat kerja, namun pikiran dan perasaannya sudah sampai di tanah kelahiran. Hal inilah yang kemudian mampu menarik rezeki dan kemudahan-kemudahan untuk mewujudkannya.

Pikiran bawah sadar selalu sampai lebih dulu ke tempat tujuan, sementara tubuh atau fisik perlu waktu untuk mengikutinya.

Pastikan ketika pikiran dan perasaan sudah sampai tujuan, seluruh tubuh Anda merasa nyaman. Kalau nyaman, berarti impian mudah bisa diwujudkan. Tapi bagaimana bila merasa tidak nyaman? Itulah yang terjadi saat ini.

Nah dalam kondisi sekarang, jelas sangat berbeda. Siapa pun yang sedang membayangkan atau merasakan mudik, energinya jelas sangat tidak nyaman. Energinya sangat lemah. Boleh dibilang ambyar. Semua rencana berantakan.

Energi mudik yang begitu besar lenyap seketika tersedot oleh sang virus Corona. Mau maksa mudik? Maka segala kemungkinan harus diperhitungkan dengan matang. Jangan sampai niat mudik yang niatnya mendapat kebahagiaan, yang terjadi malah sebaliknya. Mendatangkan bencana bahkan kematian. Lagi pula, bukankah tidak ada satu pun dalil yang mewajibkan seseorang mudik saat Lebaran?

Alhamdulillah, saya pribadi sejak dulu tidak pernah menanamkan program harus mudik saat Lebaran. Program yang saya tanamkan adalah, berlebaran di mana saja, tetap menyenangkan dan membahagiakan.

Faktanya, untuk bertemu orang tua dan keluarga, tidak harus saat Lebaran. Kapan pun bisa dilakukan, dan rasanya jauh lebih nyaman. Bagaimana menurut Anda? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun