Agus mendengar apa yang mereka butuhkan. Tak butuh waktu lama. Kain dan sebuah mesin jahit diberikan kepada sekelompok ibu-ibu itu, lagi-lagi dari kantong pribadinya. Saat penyerahan mesin jahit pun, tak ada foto-foto. Mesin jahit langsung diserahkan oleh ajudannya. Begitu masker sebagian sudah jadi, Agus Tantomo langsung turun membagikan ke beberapa buruh pelabuhan yang tetap bekerja membantu bongkar muat sembako.
Beliau jelas tidak mampu membagikan masker sendirian. Mau dibagikan secara terbuka, jelas akan mengundang kerumunan warga dan itu jelas salah. Maka dibagikanlah melalui Gojek. Dengan begitu, ada dua yang terbantu. Warga dapat masker, Gojek dapat order. Sebab Gojek juga terkena dampak selama wabah ini.
Hanya dalam hitungan menit kabar pembagian masker tersebar, handphone milik Wabup langsung eror. Ribuan whatsapp masuk tak terbendung. Beliau tak mengira responsnya begitu besar. Wabup berharap semua warga tetap bersabar. Insya Allah 10 ribu masker yang disiapkan akan tersebar. Â Â Â
Ada yang kemudian komentar di medsos. "Kenapa tidak dibagi ke setiap RT, supaya semua warga dapat." Wahai netizen, beliau melakukan itu semua pakai dana pribadi. Bukan dana dari pemerintah. Maka wajar jika terbatas. Lalu kenapa tidak pakai dana pemerintah? Seorang wakil bupati tidak punya wewenang maksimal. Namanya juga cuma wakil. Bukankah tidak pernah ada yang namanya Surat Keputusan Wakil Bupati. Surat keputusan itu harus diterbitkan pejabat di atasnya lagi.
Jadi, stop menghujat. Ini saatnya kita berbuat untuk masyarakat. Demikianlah seharusnya.
*) Ketua Bidang Relawan PMI Berau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H